Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2011

Gadog, sisi lain pesona Puncak

Selama ini kalau ke puncak biasanya berkutat di Puncak Pass, Taman Safari  atau Kebun Teh maka kali ini mencoba menyusuri jalur alternatif puncak. Jalan alternatif ke puncak ada beberapa, salah satunya setelah anda keluar tol Ciawi, ambil jalur kiri ke lampu merah Gadog, kira-kira 200 m belok kanan setelah alfa mart. Ternyata sepanjang jalan ini banyak tersedia sarana outdoors mulai out bond, camping ground, atau sekedar sightseeing. Pemandangan tak kalah bagusnya dengan kawasan Puncak Pass. Salah satu yang penulis coba adalah Alam Boriska. Terletak di km 5,5 Jalan Alternatif ini, di sebelah kiri. Begitu anda menuruni jalan masuk, maka di depan ada pelataran untuk melihat panorama, didominasi oleh persawahan dengan latar belakang gunung Gede. Petani masih banyak yang menggunakan Kerbau untuk membajak, jadi tidak berisik oleh kemelotok siklus Diesel dan bebas bau sangit sisa pembakaran solar.

Wonosobo

Mi Ongklok Tujuan trip kali ini adalah mengeksplor Wonosobo, Jawa Tengah. Beberapa kali mendengar promosi dari kawan tentang keunikan Wonosobo. Berniat membuktikannya maka pagi ini berangkat dari Jakarta melalui Cirebon, mampir makan siang di  sebuah restoran Kepiting terkenal di Comal. Setelah menyusur Pantura sampai Weleri, belok ke jurusan Temanggung ke arah selatan. Siang ini hujan gerimis disertai angin sepanjang jalan dari Weleri sampai pertigaan jalan raya Temanggung-Parakan. Bunyi sibakan wiper kaca depan terbias kemelitik air hujan yang menimpa kaca depan ottoku. Desiran angin sayup-sayup terdengar di sela-sela spion. Menjelang Parakan, hujan berhenti dan lihatlah, langit seperti terbuka, awan kelabu menepi, langit kebiruan di atas jalanan yang membelah gunung Sumbing di kiri dan gunung Sindoro di kanan. Tetapi senbentar saja, karena pedhut (embun) mulai turun.

Kearifan Kampung Naga

Kampung Naga terletak di tepi jalan Tasikmalaya - Garut, tepatnya di desa Neglasari, Kecamatan Salawu. Menghuni areal seluas 1,5 hektare di tepi kali Ciwulan yang memiliki hulu di gunung Cikuray . Menurut mang Cahyan, pemandu asli kelahiran kampung Naga, kampung ini memiliki pemimpin baik formal maupun informal. Kalau formal ada ketua RT, nah kalau informal (adat) ada Kuncen . Untuk menuju kampung Naga mulanya kita menuruni anak tangga berjumlah 440 dan di sinilah akhir jaringan listrik, karena penduduk kampung ini mempertahankan tidak memakai energi Listrik.  Saat ini memiliki 113 rumah adat. Rumah adat umumnya rumah panggung terbuat dari kayu dan anyaman bambu. Rumah umumnya terbagi menjadi empat bagian yaitu Dapur (dengan pintu berornamen anyaman bambu), ruang tamu (dengan pintu kayu, terkadang ada kacanya), ruang keluarga dan pabeasan (ruang menyimpan padi). Atap rumah terdiri