Langsung ke konten utama

Mencicip misterious road sampai kubah lava Kelud

Kelud (kadang Kelut) dalam bahasa setempat berarti menyapu /  membersihkan tempat tidur dengan kebyok (semacam sapu lidi). Maka nama gunung Kelud sangat sesuai mengingat reputasinya pernah menyapu pemukiman penduduk pada letusannya atau banjir lahar dingin.
 
Misterious Road, begitu bunyi papan pengumuman mencoba menarik perhatian pengunjung di trek menuju kawah gunung Kelud. Misterious road adalah fenomena anti gravitasi, jalanan tampak menurun (sebelum pembatas jalan) tetapi anehnya mobil justru berjalan mundur (naik). Ada yang berteori disebabkan pengaruh medan magnet aneh di gunung kutukan Lembu Sura ini, tetapi ada juga yang menjelaskan bahwa fenomena ini hanyalah ilusi optik belaka.


Daripada penasaran, mobil kuposisikan gigi netral dengan mesin  tetap menyala, tuas rem perlahan kulepas. Dan ajaib, mobil perlahan berjalan mundur (naik). Karena kurang yakin, saya keluar mobil, sekadar mengetes apakah turunan ini hanyalah ilusi optik. Setelah memiring-miringkan kepala -seperti orang kumat ayan- tak karuan, aku yakin, turunan ini dipandang dari sisi manapun tetap turunan. 

Memang gunung Kelud selalu memamerkan keanehan, setidaknya itulah kata kakekku, "gunung kelud iku le, nganeh-nganehi, ojo sembarangan kon katek blusak-blusuk mrono" (artinya jangan cari-cari masalah, lebih cuci tangan dan tidur sana).
Memang aroma dendam dan pengkhianatan seolah terpancar di gunung ini. Alkisah jaman dulu tersebutlah si jelita dewi Kilisuci di tlatah jenggala manik yang digandrungi oleh dua raja sakti, yang pertama Lembu Sura dan saingannya Mahesa Sura. Sayang si Lembu berkepala Sapi dan si Mahesa berkepala Kerbau. Tak sudi diperistri oleh makhluk tak rupawan, dewi Kilisuci membuat muslihat. Sang dewi mau diperistri dengan syarat dibuatkan sumur aneh, yang dapat menghasilan bau wangi dan bau amis dan harus sudah jadi sebelum ayam berkokok. Karena kesaktiannya maka dua raja ini berhasil membuat sumur. Demi menuntaskan muslihatnya, dewi Kilisuci menyuruh dua raja ini untuk turun sumur dan mengambil air yang berbau wangi dan amis. Setelah raja ini turun maka dewi Kilisuci memerintahkan bala tentaranya untuk menutup sumur ini dengan jberpikul-pikul batu. Matilah dua raja sakti itu. Roh penasarannya naik ke langit sambil menggumankan kutukan dendam:
"Kediri dari Kali, Blitar dadi latar, Tulungagung dadi kedung"
Artinya Kediri jadi sungai, Blitar rata dengan tanah, Tulungagung jadi kolam.

Pasca aktivitas vulkanik tahun 2007, kawah yang semula terdapat danau berair hijau, kini tumbuh anakan gunung setinggi 100 meter. Hitam, kaku, berasap.

Karena risiko konsentrasi gas berbahaya di sekitar anakan gunung, pihak pengelola memasang portal dilarang masuk pada jarak 250 meter dari anakan ini. Mayoritas pengunjung melihat anakan gunung ini dari portal dilarang masuk ini, di tangga menurun menuju kawah. Namun untuk view terbaik, dapat dilihat dari tangga menuju puncak yang ada pendoponya. Di sekitar anakan gunung kini tergenang air hujan kelabu hijau.  

Kubah lava dapat dicapai dengan terlebih dahulu masuk ke terowongan yang sedianya untuk jalan lahar sepanjang 150 meter. Gelap, dingin dan terdengar tetes air dari dinding-dindingnya. Sebelum terowongan anda dapat menikmati sumber air mineral kali Bladhak.

Kini aku di puncak Kelud (1.731 meter dpl). Angin sesekali bertiup kencang menderu seperti bunyi balapan motor. Ilalang melambai miring-miring. Bunga liar yang sedang pamer menyebar bau wangi khas perdu hutan. Sesekali tercium bau amis, mungkin asap belerang dari anakan. Silih berganti, wangi, amis. Dua raja itu, Lembu Sura dan Mahesa Sura benar-benar menepati janjinya.


Salam,
Tungguwulung

Gunung Kelud, pada papan nama sebelum terowongan lahar, tertulis Klut (mungkin dari sebutan belanda Cloot) terletak di perbatasan kab Kediri dan Blitar. dapat dicapai dari arah Wates, menuju Sugihwaras (Jika dari Kediri atau Tulungagung). Atau dari arah Penataran menuju Sugihwaras (Bila dari Blitar).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhir Kisah Hidup Tokoh Film Bumi Manusia

Bumi Manusia, roman karya Pramudya Ananta Toer, merupakan bagian pertama dalam empat novel seri Pulau Buru- Bumi Manusia - Anak Semua Bangsa - Jejak Langkah - Rumah Kaca. Sebuah novel berseting tahun 1898 tentang pertemuan budaya-politik antara negeri jajahan dengan negeri induknya. Tokoh utama digambarkan seorang lelaki muda pribumi yang dididik secara eropa dan mengaguminya kemudian menghadapi kenyataan bahwa negeri terjajah selalu berada pada posisi teraniaya. Sehingga melawan melalui tulisan di koran yang akhirnya merangsang tokoh nasionalisme lainnya menuju pergerakan pra-kemerdekaan Indonesia.  Tahun 2019 Roman ini diangkat ke layar lebar oleh Falcon Picture, disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Minke Tokoh utama, setelah kembali dari pembuangan dari Maluku menghadapi kenyataan bahwa seluruh hartanya termasuk kantor koran di Jalan Naripan Bandung, hotel di kawasan Jalan Kramat Raya, toko alat tulis/kantor di Kwitang Jakarta, rumah tinggal di dekat Kebun Raya Bogo...

Kearifan Kampung Naga

Kampung Naga terletak di tepi jalan Tasikmalaya - Garut, tepatnya di desa Neglasari, Kecamatan Salawu. Menghuni areal seluas 1,5 hektare di tepi kali Ciwulan yang memiliki hulu di gunung Cikuray . Menurut mang Cahyan, pemandu asli kelahiran kampung Naga, kampung ini memiliki pemimpin baik formal maupun informal. Kalau formal ada ketua RT, nah kalau informal (adat) ada Kuncen . Untuk menuju kampung Naga mulanya kita menuruni anak tangga berjumlah 440 dan di sinilah akhir jaringan listrik, karena penduduk kampung ini mempertahankan tidak memakai energi Listrik.  Saat ini memiliki 113 rumah adat. Rumah adat umumnya rumah panggung terbuat dari kayu dan anyaman bambu. Rumah umumnya terbagi menjadi empat bagian yaitu Dapur (dengan pintu berornamen anyaman bambu), ruang tamu (dengan pintu kayu, terkadang ada kacanya), ruang keluarga dan pabeasan (ruang menyimpan padi). Atap rumah terdiri

BLESSING IN DISGUISE

"...tulisannya renyah, selera humornya bukan kaleng-kaleng, mengingatkan saya pada James Herriot, Andrea Hirata, Mahbub Djunaidi dan Slamet Suseno..." (Alexander Zulkarnain-Inspektur Investigasi Kemenkeu sekaligus pegiat sastra Kemenkeu-narasumber pada acara peluncuran buku Gemilang 2021 Kanwil DJP Jakarta Khusus, 30 Maret 2022 ) Blessing In Disguise “Something that seems bad or unlucky at first, but results in something good happening later.”            Begawan John Maynard Keynes [1] bertalu-talu mengingatkan agar pada masa ekonomi sulit, pemerintah perlu manambah belanja dan menurunkan pajak untuk merangsang sisi permintaan supaya mengangkat ekonomi keluar dari depresi. Artinya secara blak-blakan, dia menentang engkongnya sendiri, Adam Smith [2] , karena sinuhun yang kusebut terakhir ini lebih suka memasrahkan penyelesaian depresi ekonomi kepada invisible hand , bahwa ekonomi memiliki kekuatannya sendiri untuk keluar dari masa depresi...