Selama ini kalau ke Bogor yang terpikir adalah Factory Outlet. Aneka Tas, Baju dan barang fashion lainnya melambai menggoda sepanjang Jalan Pajajaran sampai Tajur. Nah kali ini ingin tur bernuansa lain. Mau yang berbau ilmiyah supaya terkesan agak berbau buku. Bukan tanpa sebab, ini semua gara-gara gantungan kunci itu.
Masih ingat dulu waktu masih kecil, di kampung kami, anak-anak sering main dengan sejenis kumbang berwarna hijau, jika sayapnya dipandang dari arah tertentu akan terbias warna kuning keemasan. Berkaki enam, berantena pendek, kami biasa menyebutnya Samberlilen. Sudah lebih dari tiga kali pemilu, aku tak pernah lagi melihat kumbang ini di alam bebas. Mungkin sudah punah.
Pernah satu kali aku melihatnya, bulan lalu mungkin, tapi sudah dalam keadaan kaku, kering tak bernyawa, di dalam benda bening berbentuk membulat berupa bandul gantungan kunci. Astaga semoga pelakunya tidak memanfaatkan serangga hidup. Berbekal ingin memperoleh informasi lebih lengkap mengenai serangga ini, maka aku ke Museum Zoologi Bogor.
Museum Zoologi Bogor terletak satu komplek dengan Kebun Raya Bogor (KRB). Anda dapat masuk ke komplek ini melalui pintu utama KRB di Jalan Otto Iskandardinata, setelah memasuki main gate, ambil jalan ke kiri. Sebelum masuk ke Gedung Museum Zoologi, di sebelah kanan agak tersembunyi, terdapat Area Bunga Bangkai (Amorphophalus titanum) namun sayang bunga berbau busuk ini masih dalam masa istirahat, memang si batang besar ini berbunga setiap 1 sampai 3 tahun sekali.
Koleksi Museum sangat lengkap baik dari kerajaan hewan bertulang belakang sampai tak bertulang belakang, dan disajikan sesuai dengan habitatnya, ada yang menghuni rawa, perladangan sampai hutan atau sesuai dengan perannya dalam rantai makanan.
Karena ingin belajar serangga maka langsung menuju selasar sebelah kanan bagian invertebrata. Dan lihatlah Samberlilen (Chrysochrosa fulminans) itu, kehijauan dan di sudut tertentu memantul warna keemasan, tetap indah meski sekarang hanya berupa benda awetan. Memiliki dua pasang sayap yaitu sayap dalam seperti selaput tipis dan sayap luar yang mengkilat, karena dua sayap inilah maka ahli taksonomi memasukkannya ke dalam ordo Coleoptera.
Dulu di kampung kami, sering orang yang terinspirasi keelokan kumbang ini, menggunakannya sebagai susuk. Semacam ritual magis dengan tujuan mempercantik atau membangkitkan aura yang memakainya.
Selain bangsa kumbang, juga banyak koleksi berupa aneka Kupu-kupu. Digolongkan yang umumnya aktif siang hari dan ada yang aktif malam hari. Banyak jenis kupu-kupu yang sekarang tak pernah lagi kulihat di alam bebas. Mungkin tewas kena hawa racun pestisida sebelum sempat meneruskan keturunan.
Karena hari ini bertepatan dengan Imlek 2562, maka begitu keluar komplek KRB menuju klentheng Dhanagun, tepatnya Jalan Suryakancana. Umat Konghuchu sedang melaksanakan ibadah di klentheng tua ini. Di depan klentheng dinyalakan lilin-lilin merah sebesar batang pohon kelapa.
Sepanjagn jalan Suryakancana, terdapat berbagai macam kuliner eksotis, baik modern atau klasik. Aku lebih memilih klasih seperti pangsit penganten dan asinan bogor yang tersohor itu.
Bogor Zooligical Museum
How to get there:
From Jakarta : by public bus (kampung rambutan bus terminal) to Baranangsiang Bus Terminal
Angkot (lokal public transpor) No 6 / 13
by train (kota train station) to Bogor Station
Angkot No 2
***
Masih ingat dulu waktu masih kecil, di kampung kami, anak-anak sering main dengan sejenis kumbang berwarna hijau, jika sayapnya dipandang dari arah tertentu akan terbias warna kuning keemasan. Berkaki enam, berantena pendek, kami biasa menyebutnya Samberlilen. Sudah lebih dari tiga kali pemilu, aku tak pernah lagi melihat kumbang ini di alam bebas. Mungkin sudah punah.
Pernah satu kali aku melihatnya, bulan lalu mungkin, tapi sudah dalam keadaan kaku, kering tak bernyawa, di dalam benda bening berbentuk membulat berupa bandul gantungan kunci. Astaga semoga pelakunya tidak memanfaatkan serangga hidup. Berbekal ingin memperoleh informasi lebih lengkap mengenai serangga ini, maka aku ke Museum Zoologi Bogor.
Museum Zoologi Bogor terletak satu komplek dengan Kebun Raya Bogor (KRB). Anda dapat masuk ke komplek ini melalui pintu utama KRB di Jalan Otto Iskandardinata, setelah memasuki main gate, ambil jalan ke kiri. Sebelum masuk ke Gedung Museum Zoologi, di sebelah kanan agak tersembunyi, terdapat Area Bunga Bangkai (Amorphophalus titanum) namun sayang bunga berbau busuk ini masih dalam masa istirahat, memang si batang besar ini berbunga setiap 1 sampai 3 tahun sekali.
Koleksi Museum sangat lengkap baik dari kerajaan hewan bertulang belakang sampai tak bertulang belakang, dan disajikan sesuai dengan habitatnya, ada yang menghuni rawa, perladangan sampai hutan atau sesuai dengan perannya dalam rantai makanan.
Karena ingin belajar serangga maka langsung menuju selasar sebelah kanan bagian invertebrata. Dan lihatlah Samberlilen (Chrysochrosa fulminans) itu, kehijauan dan di sudut tertentu memantul warna keemasan, tetap indah meski sekarang hanya berupa benda awetan. Memiliki dua pasang sayap yaitu sayap dalam seperti selaput tipis dan sayap luar yang mengkilat, karena dua sayap inilah maka ahli taksonomi memasukkannya ke dalam ordo Coleoptera.
Dulu di kampung kami, sering orang yang terinspirasi keelokan kumbang ini, menggunakannya sebagai susuk. Semacam ritual magis dengan tujuan mempercantik atau membangkitkan aura yang memakainya.
Selain bangsa kumbang, juga banyak koleksi berupa aneka Kupu-kupu. Digolongkan yang umumnya aktif siang hari dan ada yang aktif malam hari. Banyak jenis kupu-kupu yang sekarang tak pernah lagi kulihat di alam bebas. Mungkin tewas kena hawa racun pestisida sebelum sempat meneruskan keturunan.
Karena hari ini bertepatan dengan Imlek 2562, maka begitu keluar komplek KRB menuju klentheng Dhanagun, tepatnya Jalan Suryakancana. Umat Konghuchu sedang melaksanakan ibadah di klentheng tua ini. Di depan klentheng dinyalakan lilin-lilin merah sebesar batang pohon kelapa.
Sepanjagn jalan Suryakancana, terdapat berbagai macam kuliner eksotis, baik modern atau klasik. Aku lebih memilih klasih seperti pangsit penganten dan asinan bogor yang tersohor itu.
Bogor Zooligical Museum
How to get there:
From Jakarta : by public bus (kampung rambutan bus terminal) to Baranangsiang Bus Terminal
Angkot (lokal public transpor) No 6 / 13
by train (kota train station) to Bogor Station
Angkot No 2
Komentar