Langsung ke konten utama

PAPANDAYAN SEKARANG

thanks for reading,

Tiga belas tahun yang lalu mendaki Papandayan, gunung berapi di pelosok Garut. Saat itu masih sepi pendaki, tidak lebih daripada dua tenda, padahal di malam minggu. Beruntung saat itu bisa sampai Tegal Alun, puncak gunungnya berupa lapangan datar penuh hamparan Edelweis jawa (Anaphalis javanicus). Kini Tegal Alun tidak bisa didaki karena alasan pelestarian alam.


Namun jangan keburu kecewa, karena di area Pondok Saladah, juga banyak Edelweis jawa. Kini Papandayan sudah ramai dengan warung makanan. Dulu warung makanan paling hanya ada di parkiran. Sekarang di Pondok Saladah juga banyak warung. Seperti bukan di gunung, lebih mirip pojok kuliner.

Ciri khas Papandayan adalah udaranya yang dingin, lebih dingin dari Cikuray kurasa. Dulu minim papan informasi, kini bejibun plang untuk edukasi. Diantaranya adalah plang peringatan menginformasikan agar pecamping meletakkan makanan dengan cara menggantungnya di tempat agak tinggi. Tujuannya supaya tidak memancing Babi hutan (Sus scrofa) merampoknya. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhir Kisah Hidup Tokoh Film Bumi Manusia

Bumi Manusia, roman karya Pramudya Ananta Toer, merupakan bagian pertama dalam empat novel seri Pulau Buru- Bumi Manusia - Anak Semua Bangsa - Jejak Langkah - Rumah Kaca. Sebuah novel berseting tahun 1898 tentang pertemuan budaya-politik antara negeri jajahan dengan negeri induknya. Tokoh utama digambarkan seorang lelaki muda pribumi yang dididik secara eropa dan mengaguminya kemudian menghadapi kenyataan bahwa negeri terjajah selalu berada pada posisi teraniaya. Sehingga melawan melalui tulisan di koran yang akhirnya merangsang tokoh nasionalisme lainnya menuju pergerakan pra-kemerdekaan Indonesia.  Tahun 2019 Roman ini diangkat ke layar lebar oleh Falcon Picture, disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Minke Tokoh utama, setelah kembali dari pembuangan dari Maluku menghadapi kenyataan bahwa seluruh hartanya termasuk kantor koran di Jalan Naripan Bandung, hotel di kawasan Jalan Kramat Raya, toko alat tulis/kantor di Kwitang Jakarta, rumah tinggal di dekat Kebun Raya Bogor, d

Pemandian Dayang Sumbi di Tangkuban Parahu

thanks for reading, Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu, sering dieja Tangkuban Perahu adalah gunung di tlatah Pajajaran yang melegenda. Jika dari Bandung cukup 20km ditempuh ke arah utara. Setelah lulus macet di Jalan Setiabudhi lurus saja ke arah Lembang. Kemudian melewati pasar Lembang ada pertigaan ambil kiri arah Subang. Jalan masuk ke areal wisata kawah ini sangat rindang ditutupi daun-daun jarum Pinus meksiko ( Pinus merkusii ) dan juga kebun teh ( Camelia sinensis ) di sekitarnya. Uniknya gunung ini adalah anda dapat memarkir mobil persis di depan kawah Ratu. Sebenarnya Tangkuban Perahu memiliki banyak kawah namun yang paling terkenal dan sering dikunjungi orang adalah kawah Ratu.

Kearifan Kampung Naga

Kampung Naga terletak di tepi jalan Tasikmalaya - Garut, tepatnya di desa Neglasari, Kecamatan Salawu. Menghuni areal seluas 1,5 hektare di tepi kali Ciwulan yang memiliki hulu di gunung Cikuray . Menurut mang Cahyan, pemandu asli kelahiran kampung Naga, kampung ini memiliki pemimpin baik formal maupun informal. Kalau formal ada ketua RT, nah kalau informal (adat) ada Kuncen . Untuk menuju kampung Naga mulanya kita menuruni anak tangga berjumlah 440 dan di sinilah akhir jaringan listrik, karena penduduk kampung ini mempertahankan tidak memakai energi Listrik.  Saat ini memiliki 113 rumah adat. Rumah adat umumnya rumah panggung terbuat dari kayu dan anyaman bambu. Rumah umumnya terbagi menjadi empat bagian yaitu Dapur (dengan pintu berornamen anyaman bambu), ruang tamu (dengan pintu kayu, terkadang ada kacanya), ruang keluarga dan pabeasan (ruang menyimpan padi). Atap rumah terdiri