thanks for reading,
Jakarta macet memang tempatnya, mungkin hanya saat Lebaran saja Jakarta lebih sepi. Saat seperti inilah waktu yang tepat untuk menikmati jalanan Jakarta. Dalam bahasa lonely planet disebut when to visit. Umumnya dikaitkan dengan cuaca / iklim, kondisi sedang hujan atau kemarau. Namun untuk Jakarta aku usulkan dikaitkan dengan liburan lebaran karena mungkin hampir separuh penduduk jakarta sedang mudik, jadi Jakarta lebih lengang. Dengan pertimbangan jalanan yang relatif sepi, enaknya kemana ya sehari setelah lebaran ini? Ke Museum! Akhirnya dipilih rute Museum Tekstil kemudian Museum Nasional dan lanjut ke Museum Fatahillah.
Museum Tekstil
Bangunan antik ini semula adalah vila milik warga Perancis dibangun awal abad 19, setelah berganti-ganti pemilik, maka untuk memenuhi kebutuhan melestarikan dan memamerkan kekayaan tekstil nusantara pada tanggal 28 Juni 1978 diresmikan sebagai Museum Tekstil Jakarta oleh ibu Tien Soeharto.
Memiliki koleksi aneka corak batik, aneka corak kain tenun dan peralatan tekstil dari seluruh nusantara. Atraksi yang menarik adalah kursus singkat membuat batik. Peserta diajari dan mempraktekkan langsung bagaimana proses pembuatan batik. Bahkan Miss Universepun pernah belajar membuat batik di sini.
Terletak di Jalan KS Tubun No 2-4 Jakarta Barat. Tiket Rp.2.000.
Museum Nasional
Kadang orang menyebutnya sebagai Museum Gajah karena ada patung Gajah di depan bangunan ini. Menampilkan koleksi-koleksi yang dulu pernah diajarkan bapak ibu guru waktu SMP melalui gambar-gambar hitam putih di buku sejarah nusantara. Dulu selalu mengantuk jika ada pelajaran ini, coba kalau belajarnya sambil keliling museum melihat langsung benda-benda bersejarah ini dijamin murid-murid lebih tertarik. Koleksi yang paling hebat menurutku adalah patung Ken Dedes, nama aseli patung ini adalah pradjaparamita, peninggalan kerajaan Singasari, sangat berhasil sebagai karya seni. Memperhatikan detail lekuk tubuh, perhiasan dan baju yang dipakai, tak kalah dengan lukisan monalisa karya Leonardo da vinci yang tersohor itu. Karya agung aseli anak bangsa sebelum bangsa ini dijejali aneka budaya asing setelah kerajaan ini runtuh pada abad 12. Juga terdapat koleksi lingga dan yoni, semacam sex symbol lambang kesuburan dan kemakmuran. Museum ini terletak di Jalan Medan Merdeka Barat No 12 Jakarta Pusat. Tiket Rp. 5.000.
Gedung dua tingkat ini mungkin bangunan bertingkat tertua di Jakarta, dibangun pada abad 17. Terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 1 Jakarta Utara, menampilkan peta-peta kuno Jakarta, peralatan-peralatan rumah tangga jaman kolonial sampai perabot khas betawi tempo dulu. Di depan museum ini ada dua meriam peninggalan portugis yang ada tulisan latinnya ex me ipsa renata sum artinya aku dicipta dari diriku sendiri. Menampilkan peta-peta kuno batavia, peralatan rumah tangga dari jaman kolonial dan perabot betawi jaman baheula.
Kata Soekarno bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah. Kataku hitunglah berapa gelintir orang Indonesia yang mengunjungi museum-museum ini. Jangan dibandingkan Louvre di Perancis dan Gettysburg National Military Park di US sana ya? Itu mungkin maksud Soekarno.
Komentar