thanks for reading,
Tak perlu kiranya aku menjelaskan tentang yang selebihnya yang telah kulakukan itu; Madame sebagai wanita yang arif bijaksana dapat mengerti semuanya. Tentang kenyataan-kenyataannya cukuplah semua tertera dalam berkas catatanku Rumah Kaca ini, yang dengan rela kupersembahkan padamu. Madamelah hakimku. Hukuman aku terima, Madame.
Bersama ini aku serahkan juga padamu naskah-naskah yang memang menjadi hakmu, tulisan R.M. Minke, anakmu kekasih. Terserah bagaimana Madame menggunakan dan merawatnya.
***
Novel Pram acap diasosiasikan dengan aliran kiri. Dalam Rumah Kaca, Pram memang menulis sepak terjang tokoh-tokoh kiri pra kemerdekaan, seperti Mas Marco Kartodikromo dan Semaun. Mas Marco diriwayatkan sebagai penyebar jargon sama rata sama rasa. Semaun, aktivis SI Merah diceritakan sebagai penggerak mogok kaum buruh pribumi untuk melawan Pemerintah Hindia Belanda. Namun secara seimbang, kiprah Mas Tjokro melalui Syarikat Islam juga dikisahkan. Ditambah lagi secara mengejutkan Pram menyelipkan kidung pujian iman Kristiani persis di bagian outro novel ini.
Rumah Kaca, yang adalah novel keempat dalam tetralogi pulau buru, di halaman terakhir, Jacques Pangemanann si penutur aku, petinggi Algemene Secretarie Hindia Belanda yang berperan mengasingkan perintis pers advokasi pribumi-R.M. Tirto Adhi Surjo (Minke)- ke Maluku, menulis surat kepada Nyai Ontosoroh:
Kepada Madame Sanikem Le Bouch,
Bersama ini aku serahkan juga padamu naskah-naskah yang memang menjadi hakmu, tulisan R.M. Minke, anakmu kekasih. Terserah bagaimana Madame menggunakan dan merawatnya.
Deposuit Potentes de Sede et Exaltavit Humiles.
***
(Rumah Kaca, hal 646, ISBN 978 979 97312 6 5)
Kalimat terakhir adalah bagian dari Magnificat, nyanyian sukacita Bunda Maria ketika menerima warta dari Malaikat, tepatnya di Kitab Lukas 1 ayat 52. Saat itu bangsa Israel dijajah oleh pemerintahan Romawi. Pram mengambil kalimat itu dari Vulgata, terjemahan Alkitab ke dalam bahasa latin dari bahasa Yunani Koine oleh Santo Jerome. Ucapan Sukacita Bunda Maria ini umum didaraskan dalam liturgi ibadah Kristiani, misalnya pada Masa Adven (minggu-minggu yang mendahului hari Natal). Yang artinya: Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah.
Masihkan cap kiri pada novel ini tak bisa dihapus? Adil sejak dari pikiran.
Komentar