Langsung ke konten utama

Penunggu Ruang Bendahara

thanks for reading,

 
Ilustrasi: dari Shuttersctok

   
Bang Sad ditugaskan ke kota Kali Kebak, berjarak tiga jam lebih berkendara dari kantornya di Kabupaten B. Bersama Bang Dijey, rabu itu pagi-pagi benar mereka berangkat. Karena jauh, tak mungkin bermotor, maka Isuzu Panther gaek yang dibawa. Waktu itu menjelang lebaran.

    Ini pertama kalinya bang Sad ke sana. Kalo Bang Dijey sudah beberapa kali ke situ. Sepanjang jalan melewati bukit lembah, ladang, tak jarang jalan berkelok dan kirinya jurang. Dasar jurang itu dialiri sungai besar, Batang Merbayu. Kata orang sungai ini dihuni ikan Semah, bentuknya mirip ikan siluman yang di cibulan kuningan. Maka tak heran di beberapa tempat ada pemancing menjajakan hasil pancingannya. Ikan Semah sangat cocok digulai, sisiknya empuk.

    Pemandangan menuju Kali Kebak sangat indah, ada tebing, lamtoro disela kebun kopi, sawah dan danau. Di pinggir danau ini orang menanaminya dengan padi. Padi tradisional yang baru bisa dipanen di usia 7 bulan. Beras Payo sebutannya, teksturnya kemepyar namun enak. Ini adalah paduan pemandangan sawah dan danau terindah yang pernah Bang Sad saksikan, tak salah orang menyebut daerah ini dengan sekepal tanah dari surga.

    Sekira jam 09.25, Bang Sad sudah sampai di Kantor Pemkot Kali Kebak untuk koordinasi penyuluhan dengan bagian protokoler. Kemudian dilanjut ke Pemda Kesenti tak jauh dari situ. Dulu sebelum pemecahan, kedua wilayah itu adalah satu kabupaten. Tak dinyana sudah jam setengah satu siang, maka Bang Dijey mengajak makan di warung otentik Dano Kaco seberang Polres. Bang Sad heran, ini pertama kali mencoba gulai kemumu, oseng pensi, gaya masakannya oily, semua asing di lidah tapi ternyata ngangeni.

    Jam dua siang, Bang Sad sudah berapa di kantor cabang kantornya. Sekalian mau bertemu pimpinan kantor cabang, Mang A. Ternyata Mang A sedang menghadiri undangan dari Gapensi. Di sinilah cerita dimulai.

    Bang Sad dan Bang Dijey masuk ke ruangan tengah, duduk berseberangan, diantara mereka terdapat aisle menuju pintu masuk ruang bendaharawan kantor cabang. Mereka sedang mengerjakan konsep undangan penyuluhan dan bahan slide in house training.

    Setelah corat-coret konsep, pulpen Bang Sad macet. Sementara Bang Dijey baru sadar pulpennya ketinggalan di kantor pemda tadi. Bersamaan itu pula tetiba Bendaharawan kantor cabang lewat di depan mereka, namun tidak senyum tidak menyapa tidak salam, berwajah poker, tahu-tahu melewati mereka dan berjalan masuk menuju ruang bendahara.

    Kompak Bang Sad dan Bang Dijey memanggil, "Rid, riid." Karena yang dipanggil tak menyahut,"Faarriiiiiiiid...!" Maksudnya mau pinjam pulpen. Tapi bendahara itu tak mendengarkan, langsung masuk ruangan, tampak punggung saja.

    Dari belakang, Bang Sad melihat bendahara itu masuk ruangan, memakai baju biru lengan panjang persis seperti dirinya. Lengan baju tangan kirinya dilipat, maka kelihatanlah kilap gelang metal jam tangan melingkar di pergelangan tangan kirinya.

    Karena kesal, maka Bang Sad bangkit dari tempat duduk dan menuju ruang bendahara itu. Rupanya Bang Dijey juga kesal, maka dia menyusul masuk ruangan bendahara juga. Pengen rasanya menjewer bendahara sok itu.

    Betapa bingung Bang Sad, apalagi Bang Dijey, ternyata di ruangan itu tidak ada siapa-siapa. Padahal tadi yakin seyakin-yakinnya, mereka berdua melihat bendahara itu melenggang masuk ruangan itu. Sampai-sampai mereka melongok-longok ke bawah meja, balik lemari, balik pintu, dan didapati ternyata tidak ada orang selain mereka berdua. Ruangan itu cuma berukuran 2x3 meter, hanya memiliki satu pintu masuk, bahkan jendelapun tidak ada. Maka satu-satunya cara keluar masuk ya dari pintu itu.

    "Kemana ni anak, tadi kan masuk ke sini," selidik Bang Dijey terheran. "Iya, aneh bang, tadi kan dia masuk ke ruangan ini, malah sempat kulihat tangan kirinya yang bergelang jam itu melintas di depan hidungku, kok jadi hilang" sahut Bang Sad. Maka mereka berdua sambil terbingung berjalan keluar dari ruangan itu. Dan betapa kaget, ternyata si bendaharawan itu ada di konter pelayanan di ruangan depan sana. Lah tadi yang masuk itu siaapaaaaaa.

bersambung.










Komentar

isna saragih mengatakan…
merinding :((
Anonim mengatakan…
Seberang kamarmu mas

Postingan populer dari blog ini

Akhir Kisah Hidup Tokoh Film Bumi Manusia

Bumi Manusia, roman karya Pramudya Ananta Toer, merupakan bagian pertama dalam empat novel seri Pulau Buru- Bumi Manusia - Anak Semua Bangsa - Jejak Langkah - Rumah Kaca. Sebuah novel berseting tahun 1898 tentang pertemuan budaya-politik antara negeri jajahan dengan negeri induknya. Tokoh utama digambarkan seorang lelaki muda pribumi yang dididik secara eropa dan mengaguminya kemudian menghadapi kenyataan bahwa negeri terjajah selalu berada pada posisi teraniaya. Sehingga melawan melalui tulisan di koran yang akhirnya merangsang tokoh nasionalisme lainnya menuju pergerakan pra-kemerdekaan Indonesia.  Tahun 2019 Roman ini diangkat ke layar lebar oleh Falcon Picture, disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Minke Tokoh utama, setelah kembali dari pembuangan dari Maluku menghadapi kenyataan bahwa seluruh hartanya termasuk kantor koran di Jalan Naripan Bandung, hotel di kawasan Jalan Kramat Raya, toko alat tulis/kantor di Kwitang Jakarta, rumah tinggal di dekat Kebun Raya Bogo...

Kearifan Kampung Naga

Kampung Naga terletak di tepi jalan Tasikmalaya - Garut, tepatnya di desa Neglasari, Kecamatan Salawu. Menghuni areal seluas 1,5 hektare di tepi kali Ciwulan yang memiliki hulu di gunung Cikuray . Menurut mang Cahyan, pemandu asli kelahiran kampung Naga, kampung ini memiliki pemimpin baik formal maupun informal. Kalau formal ada ketua RT, nah kalau informal (adat) ada Kuncen . Untuk menuju kampung Naga mulanya kita menuruni anak tangga berjumlah 440 dan di sinilah akhir jaringan listrik, karena penduduk kampung ini mempertahankan tidak memakai energi Listrik.  Saat ini memiliki 113 rumah adat. Rumah adat umumnya rumah panggung terbuat dari kayu dan anyaman bambu. Rumah umumnya terbagi menjadi empat bagian yaitu Dapur (dengan pintu berornamen anyaman bambu), ruang tamu (dengan pintu kayu, terkadang ada kacanya), ruang keluarga dan pabeasan (ruang menyimpan padi). Atap rumah terdiri

BLESSING IN DISGUISE

"...tulisannya renyah, selera humornya bukan kaleng-kaleng, mengingatkan saya pada James Herriot, Andrea Hirata, Mahbub Djunaidi dan Slamet Suseno..." (Alexander Zulkarnain-Inspektur Investigasi Kemenkeu sekaligus pegiat sastra Kemenkeu-narasumber pada acara peluncuran buku Gemilang 2021 Kanwil DJP Jakarta Khusus, 30 Maret 2022 ) Blessing In Disguise “Something that seems bad or unlucky at first, but results in something good happening later.”            Begawan John Maynard Keynes [1] bertalu-talu mengingatkan agar pada masa ekonomi sulit, pemerintah perlu manambah belanja dan menurunkan pajak untuk merangsang sisi permintaan supaya mengangkat ekonomi keluar dari depresi. Artinya secara blak-blakan, dia menentang engkongnya sendiri, Adam Smith [2] , karena sinuhun yang kusebut terakhir ini lebih suka memasrahkan penyelesaian depresi ekonomi kepada invisible hand , bahwa ekonomi memiliki kekuatannya sendiri untuk keluar dari masa depresi...