Langsung ke konten utama

Lonely in Anyer

Akhir September 2008, liburan cukup panjang, maklum para punggawa negeri menetapkan cuti bersama lebaran 2008. Rencana mau pulang kampung ke Jawa Timur, eh ternyata berita di TV, Koran mengabarkan jalur Pantura cukup padat dan di beberapa titik ada perbaikan jembatan, jadi ada potensi kendaraan numpuk.

Nah, daripada pulang kampung toh juga macet, lebih baik direskedul sahaja. Setelah hitung kancing akhirnya pandangan mata diarahkan ke sisi barat pulau jawa ini, Anyer.

Berangkat 2 hari sebelum lebaran via tol Jakarta-Merak, keluar di pintu tol Cibinong, sepanjang jalan lancar, jumlah kendaraan sedikit. Dan sampailah aku di Anyer. sampailah kami di Anyer pas jam 12 siang, lapar...lalu mampirlah ke restoran dengan tempat duduk lesehan bertikar. Makanan lumayan enak, udang goreng mentega, ikan kerapu bakar, tumis kangkung dan tak lupa sambel terasi.

Setelah puas muter-muter, akhirnya nginep di the Palazo, hihihi..cuma kita sendirian yang nginep di sini, jadi puas banget beremdem di Kolam renang yang segitu luas. Inilah enaknya ngelayap sebelum lebaran.


Paginya jalan-jalan ke pantai. Sangat banyak pilihan pantai yang bisa di datangi, tarif per-orang rata-rata Rp5.000, Mobil Rp10.000. Pantai di sepanjang Anyer tergolong Pantai Karang, sangat sedikit yang model Pantai Pasir Putih layaknya Parang tritis (Jogja). Wah, enak banget jalan kaki di Pantai bareng keluarga, lari sana, lari sini, sekalian terapi telapak kaki. Maklum di Jakarta setiap hari pakai sepatu, jadi jalan di pantai ini adalah kesempatan memijakkan telapak kaki di tempat asalnya, tanah.

Siangnya beli Udang. Cukup banyak toko yang menjajakan hasil laut segar di sini, ada udang, lobster, cumi, juga kepiting. Dengan pertimbangan kemudahan, kami pilih udang saja. Mau digoreng, direbus aja sudah enak, jangan lupa cocol sambel botol cap yang ada gambar burungnya.

Sorenya renang lagi di hotel. Nah kali ini sudah ada beberapa orang lain yang nginep di sini. Tapi tetep aja masih lenggang kolam renangnya. Puas hari ini. Malemnya cukup sulit mendapat makanan, maklum ini malam takbiran menjelang lebaran esoknya, tapi ada pertolongan. Tak dinyana, warung padang depan hotel buka. Tanpa mikir dua kali, makan aja di warung ini, daripada keburu habis. Just like another padang cuisine, standard.

Malemnnya kehabisan tenaga setelah seharian mondar-mandir sekitaran Anyer mulai Pantai deket Carita sampai yang deket Mercu Suar.

Esoknya lebaran, nah sesuai prediksi, rombongan orang Jakarta mendadak pada pindahan ke Anyer. Kami putuskan check out. Sementara orang-orang menekuni kemacetan menuju Anyer, kami mulai jalan ke arah sebaliknya. Ah, nikmatnya plesiran sebelum lebaran. Habis kalo sudah lebaran, dijamin padet, macet.

Anyer ternyata menyimpan pesona yang selama ini terlewatkan mata kami.
We will be back Anyer....



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhir Kisah Hidup Tokoh Film Bumi Manusia

Bumi Manusia, roman karya Pramudya Ananta Toer, merupakan bagian pertama dalam empat novel seri Pulau Buru- Bumi Manusia - Anak Semua Bangsa - Jejak Langkah - Rumah Kaca. Sebuah novel berseting tahun 1898 tentang pertemuan budaya-politik antara negeri jajahan dengan negeri induknya. Tokoh utama digambarkan seorang lelaki muda pribumi yang dididik secara eropa dan mengaguminya kemudian menghadapi kenyataan bahwa negeri terjajah selalu berada pada posisi teraniaya. Sehingga melawan melalui tulisan di koran yang akhirnya merangsang tokoh nasionalisme lainnya menuju pergerakan pra-kemerdekaan Indonesia.  Tahun 2019 Roman ini diangkat ke layar lebar oleh Falcon Picture, disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Minke Tokoh utama, setelah kembali dari pembuangan dari Maluku menghadapi kenyataan bahwa seluruh hartanya termasuk kantor koran di Jalan Naripan Bandung, hotel di kawasan Jalan Kramat Raya, toko alat tulis/kantor di Kwitang Jakarta, rumah tinggal di dekat Kebun Raya Bogo...

What is Chongqing 1949 Shows Tell About

thanks for reading, Located at Chongqing theatre, PRC, a 360 degree pivotal stage, what is realy tell about? In 1949, when the new China had just been established, the city of Chongqing remain shrouded in darkness. Represented by the Third Brother, Lin Zijie, and Jin Ziu, Communist Party member faced the enemy's brutal torture at the Zahzhidong and Baigongguan prisons, faced life-and-death choices everyday. The underground party in Chongqing was actively rescuing comrades in prisons. Meanwhile, the Second Brother, Lin Zihao, led the advanced detachment of the Second Field Army of the Chinese People's Liberation Army, marching swiftly toward the southwest. However, just before the liberation of Chongqing, the Nationalist goverment issued an order to the eldest brother, Lin Zixiong, to carry out the masacre and destroy the city, causing numerus revolutionary martyrs to fall at the break of dawn. Preface The Darkness Before Dawn China underwent tremendous transformation in the lat...

Pdt. Ferdinand Suleeman Yang Kuingat

Karangan Bunga di depan gereja Thanks for reading, Hari ini, Minggu 12 Januari 2025 adalah ibadah minggu GKI Bektim sekaligus upacara penutupan peti alm. Pdt. Ferdinand Suleeman. Semasa hidupnya, umat biasa menyapanya dengan panggilan formal "Pdt. Ferdi" atau "pak Ferdi", kadang secara informal ada yang memanggilnya dengan sebutan "Boksu". Yang kuingat tentang Pdt. Ferdinand Suleeman: 1. Soal Musik, jangan ditanya lagi: a.    Boksu jago main Violin, di suatu Ibadah Minggu, pada Saat Hening, beliau memainkan komposisi violin karya komponis asal Perancis, Jules Massenet berjudul Thais Meditation (1894). Aslinya komposisi ini adalah instrumen dalam opera, penuh dengan perubahan dinamika dari Pianissimo ke Fortissimo , lalu tetiba Pianissimo lagi, bertebaran  Ritardando kemudian A Tempo . Kejadian lucu waktu itu adalah ketika Jemaat terlanjur bertepuk tangan karena mengira sudah sampai di akhir lagu namun sebenarnya belum, masih tersisa beberapa birama ...