Langsung ke konten utama

Wonosobo

Mi Ongklok
Tujuan trip kali ini adalah mengeksplor Wonosobo, Jawa Tengah. Beberapa kali mendengar promosi dari kawan tentang keunikan Wonosobo. Berniat membuktikannya maka pagi ini berangkat dari Jakarta melalui Cirebon, mampir makan siang di  sebuah restoran Kepiting terkenal di Comal. Setelah menyusur Pantura sampai Weleri, belok ke jurusan Temanggung ke arah selatan.

Siang ini hujan gerimis disertai angin sepanjang jalan dari Weleri sampai pertigaan jalan raya Temanggung-Parakan. Bunyi sibakan wiper kaca depan terbias kemelitik air hujan yang menimpa kaca depan ottoku. Desiran angin sayup-sayup terdengar di sela-sela spion. Menjelang Parakan, hujan berhenti dan lihatlah, langit seperti terbuka, awan kelabu menepi, langit kebiruan di atas jalanan yang membelah gunung Sumbing di kiri dan gunung Sindoro di kanan. Tetapi senbentar saja, karena pedhut (embun) mulai turun.

Wonosobo dikenal sebagai kota sejuk yang dikelilingi deretan  gemunung. Di sebelah utara terdapat  pegunungan Dieng, sementara di timur laut ada gunung Sindoro dan di tenggara ada gunung Sumbing. Tak heran air melimpah, udara sejuk sehingga kota selalu tampak hijau, asri, bersih dan menjadi langganan piala Adipura seperti ulang tahun saking rutinnya.

Sudah sore ketika spedometer menunjuk angka 520 km, sampailah di Jalan Ahmad Yani, sepertinya jalan ini adalah pusat kota Wonosobo. Sepanjang jalan ini banyak terdapat hotel, anda dapat memilih sesuai selera dan budget. Kami putuskan menginap di hotel yang dekat dengan lampu merah yang ada patung polisinya sesuai saran seorang kawan. Tarifnya bersahabat Rp200.000 sd Rp400.000. 

Malamnya mencoba keliling kota, mulai dari jalan Ahmad Yani sampai ke alun-alun. Banyak jajanan yang ditawarkan mulai yang ringan seperti gorengan sampai yang paling banyak warungnya, nasi goreng pete. Wonosobo malam hari sangat nyaman, kendaraan memang cukup ramai namun suhu sejuk. Setelah berkeliling entah dimana akhirnya dapat kesimpulan  bahwa Wonosobo adalah sedikit dari kota-kota di jawa yang masih mampu mempertahankan kebersihan dan kesejukan ditengah-tengah desingan mesin otto.

Manisan Carica
Esoknya mencoba pengalaman lain, berburu Mie Ongklok. Berbekal promosi seorang kawan di daerah Longkrang ada Mie Ongklok yang enak, akhirnya ke sana dan kami dapati warungnya penuh. Mie Ongklok adalah makanan khas wonosobo, terdiri dari mie kuah dengan bumbu kacang, ebi dan kanji yang didominasi rasa manis dengan sayuran dan taburan bawang goreng. Umumnya dimakan dengan sate sapi yang juga manis.  Sedap disantap hangat-hangat. Sangat cocok dengan udara sejuk di luaran sana.


Wonosobo juga menawarkan jajanan unik yaitu Carica. Umumnya berbentuk manisan yang dikemas dalam kemasan beling atau plastik tetapi ada juga yang berbentuk sirup. Buah Carica besarnya sekepalan tangan, karena  berbiji maka  dia termasuk divisi spermatophyta. Bentuk dan warnanya mirip saudara tuanya sesama keluarga Caricaceae yakni Pepaya. Orang Wonosobo menyebutnya Gandul Gunung, sementara para ahli taksonomi lebih suka menyebutnya sebagai Carica Pubescens. Buah ini berasal dari Mexico dan sangat cocok dengan cuaca pegunungan Dieng.  Harga 1 kemasan beling  Carica Rp.10.000. Manisan Carica adalah sedikit dari jajanan produksi 'lereng gunung' yang memakai nama Latin. Hebat bukan?


Ketika sudah beranjak sore, setelah puas puter-puter kota, tak ada salahnya relaksasi di pemandian air hangat Kali Anget. Letaknya hanya kurang lebih 3 km di sebelah utara alun-alun.











Komentar

WK-Wonosobo mengatakan…
Sekarang bisa dinikmati di Jakarta. Tepatnya di Jl. Raya Pondok Kelapa, Jakarta Timur.
Tunggulwulung mengatakan…
mas kemekelen, kalo di wonosobo beda hawanya
Komunitas Tegal mengatakan…
wah tertarik sama mie ongkloknya, adi pondok kelapa , Mie Ongkloknya ancar ancarnya apa ya mas, biar aku tak kesana ?

Postingan populer dari blog ini

Akhir Kisah Hidup Tokoh Film Bumi Manusia

Bumi Manusia, roman karya Pramudya Ananta Toer, merupakan bagian pertama dalam empat novel seri Pulau Buru- Bumi Manusia - Anak Semua Bangsa - Jejak Langkah - Rumah Kaca. Sebuah novel berseting tahun 1898 tentang pertemuan budaya-politik antara negeri jajahan dengan negeri induknya. Tokoh utama digambarkan seorang lelaki muda pribumi yang dididik secara eropa dan mengaguminya kemudian menghadapi kenyataan bahwa negeri terjajah selalu berada pada posisi teraniaya. Sehingga melawan melalui tulisan di koran yang akhirnya merangsang tokoh nasionalisme lainnya menuju pergerakan pra-kemerdekaan Indonesia.  Tahun 2019 Roman ini diangkat ke layar lebar oleh Falcon Picture, disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Minke Tokoh utama, setelah kembali dari pembuangan dari Maluku menghadapi kenyataan bahwa seluruh hartanya termasuk kantor koran di Jalan Naripan Bandung, hotel di kawasan Jalan Kramat Raya, toko alat tulis/kantor di Kwitang Jakarta, rumah tinggal di dekat Kebun Raya Bogo...

Kearifan Kampung Naga

Kampung Naga terletak di tepi jalan Tasikmalaya - Garut, tepatnya di desa Neglasari, Kecamatan Salawu. Menghuni areal seluas 1,5 hektare di tepi kali Ciwulan yang memiliki hulu di gunung Cikuray . Menurut mang Cahyan, pemandu asli kelahiran kampung Naga, kampung ini memiliki pemimpin baik formal maupun informal. Kalau formal ada ketua RT, nah kalau informal (adat) ada Kuncen . Untuk menuju kampung Naga mulanya kita menuruni anak tangga berjumlah 440 dan di sinilah akhir jaringan listrik, karena penduduk kampung ini mempertahankan tidak memakai energi Listrik.  Saat ini memiliki 113 rumah adat. Rumah adat umumnya rumah panggung terbuat dari kayu dan anyaman bambu. Rumah umumnya terbagi menjadi empat bagian yaitu Dapur (dengan pintu berornamen anyaman bambu), ruang tamu (dengan pintu kayu, terkadang ada kacanya), ruang keluarga dan pabeasan (ruang menyimpan padi). Atap rumah terdiri

Treking Cisadon

thanks for reading, Alternatif olahraga di hari cerah, memang perlu efort karena letaknya di pedalaman sentul selatan. Dengan mobil dari jakarta keluar pintu tol sentul selatan. Kemudian menuju titik 0 km Hambalang. Bermotor lebih praktis. Ikuti jalan menuju koordinat ini. parkiran trail prabowo https://maps.app.goo.gl/7T16kdmozDT6KNZg6 Parkir tidak terlalu luas. Mungkin hanya muat untuk 20 mobil dan 40 motor. Jadi usahakan pagi sudah sampai di titik start. Rupanya trek treking termasuk favorit  terbukti pagi benar sudah banyak yang datang. Panjang trek 7 km sampai desa Cisadon, elevasi tidak sampai 400 m, jadi bersahabat untuk treker pemula. Bahkan beberapa anak TK Nol besar terlihat semangat treking. Kondisi jalur sebagian besar jalan batu (makadam), jalan berpasir dan beberapa zona jalan berlumpur. Karena jalur berada di sisi tebing maka terdapat rembesan air yang mengalir ke jalur. Terdapat curug di kanan jalur, airnya meluap ke jalanan. Habitasi adalah hutan dataran rendah, d...