Langsung ke konten utama

Wisata Lembang



Lembang, dataran tinggi di sebelah utara Bandung memiliki pesonanya sendiri.  Menurut Atlas, terang tertulis bahwa Lembang terletak di daerah tropis, namun kesejukannya tak kalah dengan perancis.  Suhu pagi hari bisa tiarap sampai  200 C. Jika kebetulan angin sedang bertiup melewati sela-sela kupingmu, maka seperti terciprat es, terasa sedikit panas lantaran dinginnya. Nah kau yang telah bosan dengan panasnya Jakarta, sesekali perlu mencoba Lembang. Jarak tempuh tak jadi soal meski hanya punya 2 hari libur tiap weekend, tol Cipularang akan mempersingkat waktu tempuhmu. Baiknya berangkat pagi-pagi benar, kau tahu sendiri kan, tiap weekend kendaraan di sini antri panjang  seperti orang mengungsi.
Jangan kuatir bila kau adalah photographer amatiran sepertiku. Banyak spot bagus untuk pengambilan gambar meski  dijepret sekenanya. Medan tanahnya yang berbukit, banyak kebun  hijau tentu sayang bukan untuk dilewatkan?
Lembang pagi hari sungguh memanjakan mata, seperti tenung pesonanya akan melenakanmu. Tak sengaja lewat ladang Tomat (Solanum lycopersicum) dan di ujung sana bukit hijau. Buah gendut yang 95%nya terdiri dari air ini berpadu apik dengan gumpalan cumulus di atas sana. Belum lagi di sebelahnya kebun strawberry meski belum memasuki masa berbuahnya. Wah dengan awan sebagai kanvasnya maka kebun dan bukit ini seperti lukisan maestro tiada tanding.
Bicara soal makanan jangan kuatir, sepanjang jalan Setiabudhi sampai pasar Lembang banyak terdapat rimba kuliner.  Baik tradisional seperti Ketan Bakar yang diberi bumbu kelapa sangrai sampai kudapan yang sulit kueja Chicken Cordon Bleu.
Bagi penggemar sate, banyak sate Kelinci, asal tega memilih pengerat berparas lucu ini sebagai korbannya.  Karena pelanggan musti menunjuk kelinci mana yang akan diserahkan ke tukang sate.
Soal tempat wisata, banyak yang dapat dikunjungi. Misalnya De Ranch di jalan Maribaya, wisata menunggang kuda dengan nuansa wild wild west, mulai Cowboy, istal kuda, peternakan sapi sampai totem khas Indian.  Kafenya unik  seperti film-film Tomb Stone, diiringi Like a Rolling Stone Bob Dylan, sangat cowboy. Ada makanan yang disajikan mulai sosis sampai steak ala cowboy, namun dasar orang udik, aku ditempat ini malah makan tempe mendoan dalam besek bambu.
Sore hari kau bisa mampir ke Boscha, tempat mengintip bintang dan lihatlah milyaran kelap-kelip di atas sana. Ada yang berbentuk kalajengking, biduk dan palang selatan.
Jika masih punya waktu cobalah kembali ke Jakarta via Subang. Nanti akan melewati hutan Pinus Meksiko (Pinus Merkusii). Hijau pupus, batang semampainya menjulang berebut sinar matahari. Daun-daun jarumnya masih menyisakan sinar matahari tembus ke bawah, kecil-kecil, panjang, banyak dan berkilauan, seperti disiram shower cahaya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhir Kisah Hidup Tokoh Film Bumi Manusia

Bumi Manusia, roman karya Pramudya Ananta Toer, merupakan bagian pertama dalam empat novel seri Pulau Buru- Bumi Manusia - Anak Semua Bangsa - Jejak Langkah - Rumah Kaca. Sebuah novel berseting tahun 1898 tentang pertemuan budaya-politik antara negeri jajahan dengan negeri induknya. Tokoh utama digambarkan seorang lelaki muda pribumi yang dididik secara eropa dan mengaguminya kemudian menghadapi kenyataan bahwa negeri terjajah selalu berada pada posisi teraniaya. Sehingga melawan melalui tulisan di koran yang akhirnya merangsang tokoh nasionalisme lainnya menuju pergerakan pra-kemerdekaan Indonesia.  Tahun 2019 Roman ini diangkat ke layar lebar oleh Falcon Picture, disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Minke Tokoh utama, setelah kembali dari pembuangan dari Maluku menghadapi kenyataan bahwa seluruh hartanya termasuk kantor koran di Jalan Naripan Bandung, hotel di kawasan Jalan Kramat Raya, toko alat tulis/kantor di Kwitang Jakarta, rumah tinggal di dekat Kebun Raya Bogo...

What is Chongqing 1949 Shows Tell About

thanks for reading, Located at Chongqing theatre, PRC, a 360 degree pivotal stage, what is realy tell about? In 1949, when the new China had just been established, the city of Chongqing remain shrouded in darkness. Represented by the Third Brother, Lin Zijie, and Jin Ziu, Communist Party member faced the enemy's brutal torture at the Zahzhidong and Baigongguan prisons, faced life-and-death choices everyday. The underground party in Chongqing was actively rescuing comrades in prisons. Meanwhile, the Second Brother, Lin Zihao, led the advanced detachment of the Second Field Army of the Chinese People's Liberation Army, marching swiftly toward the southwest. However, just before the liberation of Chongqing, the Nationalist goverment issued an order to the eldest brother, Lin Zixiong, to carry out the masacre and destroy the city, causing numerus revolutionary martyrs to fall at the break of dawn. Preface The Darkness Before Dawn China underwent tremendous transformation in the lat...

Pdt. Ferdinand Suleeman Yang Kuingat

Karangan Bunga di depan gereja Thanks for reading, Hari ini, Minggu 12 Januari 2025 adalah ibadah minggu GKI Bektim sekaligus upacara penutupan peti alm. Pdt. Ferdinand Suleeman. Semasa hidupnya, umat biasa menyapanya dengan panggilan formal "Pdt. Ferdi" atau "pak Ferdi", kadang secara informal ada yang memanggilnya dengan sebutan "Boksu". Yang kuingat tentang Pdt. Ferdinand Suleeman: 1. Soal Musik, jangan ditanya lagi: a.    Boksu jago main Violin, di suatu Ibadah Minggu, pada Saat Hening, beliau memainkan komposisi violin karya komponis asal Perancis, Jules Massenet berjudul Thais Meditation (1894). Aslinya komposisi ini adalah instrumen dalam opera, penuh dengan perubahan dinamika dari Pianissimo ke Fortissimo , lalu tetiba Pianissimo lagi, bertebaran  Ritardando kemudian A Tempo . Kejadian lucu waktu itu adalah ketika Jemaat terlanjur bertepuk tangan karena mengira sudah sampai di akhir lagu namun sebenarnya belum, masih tersisa beberapa birama ...