thanks for reading, Tiga belas tahun yang lalu mendaki Papandayan, gunung berapi di pelosok Garut. Saat itu masih sepi pendaki, tidak lebih daripada dua tenda, padahal di malam minggu. Beruntung saat itu bisa sampai Tegal Alun, puncak gunungnya berupa lapangan datar penuh hamparan Edelweis jawa ( Anaphalis javanicus ). Kini Tegal Alun tidak bisa didaki karena alasan pelestarian alam. Namun jangan keburu kecewa, karena di area Pondok Saladah, juga banyak Edelweis jawa. Kini Papandayan sudah ramai dengan warung makanan. Dulu warung makanan paling hanya ada di parkiran. Sekarang di Pondok Saladah juga banyak warung. Seperti bukan di gunung, lebih mirip pojok kuliner. Ciri khas Papandayan adalah udaranya yang dingin, lebih dingin dari Cikuray kurasa. Dulu minim papan informasi, kini bejibun plang untuk edukasi. Diantaranya adalah plang peringatan menginformasikan agar pecamping meletakkan makanan dengan cara menggantungnya di tempat agak tinggi. Tujuannya supaya tidak memancing Babi hutan
thanks for reading, Bucatini adalah pasta panjang seperti spaghetti dengan lubang di tengahnya. Amatriciana adalah saus pasta dengan bahan dasar tomat dan minyak dari guanciale. Guanciale adalah daging (umumnya pipi babi) yang diawetkan dengan garam dan rempah seperti bawang putih, lada hitam, bay leaves, cabai kering (terkadang ditambah geretan buah pala, kulit manis dan pine nut). Setidaknya digantung diangin-angin 10 minggu untuk mengurangi 25% kadar airnya. Sehingga ketika digoreng gampang mencapai level kriuk tapi empuk. Bahan: 1. Guanciale diiris kecil2 2. Bombay rajang kecil 3. cuka Balsamic 4. Cabai kering utuh diiris kecil2 5. Tomat kupas (lebih praktis yang kalengan namanya pomodoro) 6. Lada hitam geprek 7. Keju Pecorino romano diparut 8. Bucatini Persiapan: 1. Panaskan wajan anti lengket, masukkan guanciale, goreng tanpa minyak sampai kecoklatan. Mengapa tanpa minyak, karena akan keluar minyak dengan sendirinya. Pisahkan guanciale matang ke mangkok tersendiri, biarkan minyak