Langsung ke konten utama

Lost in Toba

Danau Toba kata orang adalah danau dengan pemandangan yang indah. Aku tadinya gak percaya. Sampai suatu kesempatan membawaku berkunjung ke danau terbesar di Indonesia ini. Dari Jakarta menuju Medan dengan penerbangan paling pagi, setelah sampai meneruskan perjalanan ke Toba dengan jalan darat. Sampailah kami di Pematang Siantar, kota sejuk dengan pohon-pohon besar di kiri-kanan jalan. Di sini ada makanan khas selai Sarikaya. Lanjut lagi ke arah Tabing, kami melewati kebun karet. Uniknya hamparan pohon karet ini pada doyong, katanya sih mengikuti arah angin. Nah, di antara kebun karet inilah ada sebuah tempat makan unik dengan hidangan Burung Punai ( masih satu famili dengan burung dara). Sekilas bumbunya sedehana saja, cuma bawang putih dan garam kemudian digoreng. Burung ini dimakan dengan sambal plus nasi putih hangat, mak pyar..uenak tenan.
Setelah kenyang, kami lanjut lagi ke arah Parapat. Kemudian kami menginap di salah satu hotel di pinggiran Danau Toba ini.
Nah, kalau orang-orang terkagum dengan keindahan pemandangan alam di siang hari, saya justru terkaget dengan pemandangan di malam hari. Di langit tampak begitu banyak bintang yang belum pernah saya lihat selama ini. Maklumlah Jakarta kan langitnya tertutup asap mobil. Wah..saat itu aku langsung mengakui sekali lagi (setelah berkali-kali) betapa maestronya sang Pencipta alam raya ini.
Esoknya kami menyeberang Danau untuk menuju Samosir (pulau di tengah Danau Toba), tepatnya di Kota Tomok. Saya langsung tertarik dengan alat musik tradisional Gitar Batak. Cuma dibuat dari sebatang kayu yang dilubangi tengahnya untuk membuat ruang resonansi, senarnya cuma tiga dan fretless! Saya selama 10 menit sempat diajari bagaimana memainkan alat musik ini oleh si pembuatnya. Dia mencontohkan lagu Batak yang aku gak tahu judulnya..terus aku disuruh mencoba. Nah karena aku gak tahu lagu khas daerah sini, yo wis lah kucoba lagu Suwe ora jamu...ternyata bisa bunyi juga.
Wah ternyata Indonesia juga kaya jenis musik tradisional yang memiliki solmisasinya sendiri-sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhir Kisah Hidup Tokoh Film Bumi Manusia

Bumi Manusia, roman karya Pramudya Ananta Toer, merupakan bagian pertama dalam empat novel seri Pulau Buru- Bumi Manusia - Anak Semua Bangsa - Jejak Langkah - Rumah Kaca. Sebuah novel berseting tahun 1898 tentang pertemuan budaya-politik antara negeri jajahan dengan negeri induknya. Tokoh utama digambarkan seorang lelaki muda pribumi yang dididik secara eropa dan mengaguminya kemudian menghadapi kenyataan bahwa negeri terjajah selalu berada pada posisi teraniaya. Sehingga melawan melalui tulisan di koran yang akhirnya merangsang tokoh nasionalisme lainnya menuju pergerakan pra-kemerdekaan Indonesia.  Tahun 2019 Roman ini diangkat ke layar lebar oleh Falcon Picture, disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Minke Tokoh utama, setelah kembali dari pembuangan dari Maluku menghadapi kenyataan bahwa seluruh hartanya termasuk kantor koran di Jalan Naripan Bandung, hotel di kawasan Jalan Kramat Raya, toko alat tulis/kantor di Kwitang Jakarta, rumah tinggal di dekat Kebun Raya Bogo...

What is Chongqing 1949 Shows Tell About

thanks for reading, Located at Chongqing theatre, PRC, a 360 degree pivotal stage, what is realy tell about? In 1949, when the new China had just been established, the city of Chongqing remain shrouded in darkness. Represented by the Third Brother, Lin Zijie, and Jin Ziu, Communist Party member faced the enemy's brutal torture at the Zahzhidong and Baigongguan prisons, faced life-and-death choices everyday. The underground party in Chongqing was actively rescuing comrades in prisons. Meanwhile, the Second Brother, Lin Zihao, led the advanced detachment of the Second Field Army of the Chinese People's Liberation Army, marching swiftly toward the southwest. However, just before the liberation of Chongqing, the Nationalist goverment issued an order to the eldest brother, Lin Zixiong, to carry out the masacre and destroy the city, causing numerus revolutionary martyrs to fall at the break of dawn. Preface The Darkness Before Dawn China underwent tremendous transformation in the lat...

Pdt. Ferdinand Suleeman Yang Kuingat

Karangan Bunga di depan gereja Thanks for reading, Hari ini, Minggu 12 Januari 2025 adalah ibadah minggu GKI Bektim sekaligus upacara penutupan peti alm. Pdt. Ferdinand Suleeman. Semasa hidupnya, umat biasa menyapanya dengan panggilan formal "Pdt. Ferdi" atau "pak Ferdi", kadang secara informal ada yang memanggilnya dengan sebutan "Boksu". Yang kuingat tentang Pdt. Ferdinand Suleeman: 1. Soal Musik, jangan ditanya lagi: a.    Boksu jago main Violin, di suatu Ibadah Minggu, pada Saat Hening, beliau memainkan komposisi violin karya komponis asal Perancis, Jules Massenet berjudul Thais Meditation (1894). Aslinya komposisi ini adalah instrumen dalam opera, penuh dengan perubahan dinamika dari Pianissimo ke Fortissimo , lalu tetiba Pianissimo lagi, bertebaran  Ritardando kemudian A Tempo . Kejadian lucu waktu itu adalah ketika Jemaat terlanjur bertepuk tangan karena mengira sudah sampai di akhir lagu namun sebenarnya belum, masih tersisa beberapa birama ...