Langsung ke konten utama

Papandayan Edelweis Garden

Sabtu ini, pagi buta sudah berada di terminal Guntur, Garut, belum apa-apa sudah kedinginan.
Tegal Alun
Angin dingin seperti tak menghormati jaket yang kupakai.  Setelah makan kepagian dan sempat numpang tidur di warung sate, kami lanjut ke pertigaan kec Cisurupan yang ada plang Gunung Papandayan dengan angkot. Lalu perjalanan menuju Base Camp Papandayan menggunakan mobil bak terbuka angkutan sayur.

Sepanjang jalan menuju base camp, kiri kanan adalah rumah penduduk yang diselingi tanaman menjalar Labusiam, pisang dan lagi-lagi daun melambai yang selalu meledekku, Oloracea brassica sialan itu.

Base Camp pagi itu masih sepi, semua warung tutup, hanya ada 1 orang staff Tourist Information yang berjaga.  Kata penduduk setempat Papandayan berasal dari kata Panday artinya perajin tempa besi. Konon dulu menurut cerita turun temurun, di gunung ini sering terdengar dentingan logam seperti empu sedang menempa besi, sehingga penduduk memberinya nama Papandayan.

Ada yang lucu di gunung ini, banyak petani yang menuju kawasan punggungan gunung dengan naik sepeda motor, padahal untuk pejalan kaki aja jalannya menanjak banget, mungkin diantara mereka tersembunyi atlet motor kros yang tak tersentuh hingar bingar dunia balap. Belum lagi di boncengan ada dua tiga karung kentang.

Kawah Mas
Kepulan Kawah Mas
Papandayan terbilang aneh, dengan tinggi puncak 2.622 mdpl, namun kawah tidak berada di puncak layaknya gunung, tetapi di perut. Letusan tahun 2002 menambah luas areal kawah, areal ini didominasi warna kuning karena hembusan belerang. Bau khas menyengat belerang sangat kuat di sini, baiknya memakai masker. Mungkin karena berwarna kuning inilah maka disebut kawah mas. Tak lama kami di tempat ini, karena mata pedih, kami teruskan ke Pondok Salada.

Jalan menuju Pondok Salada terputus karena longsor., sehingga harus turun untuk mencapai jalan sebelah sana. Sungguh dasyat longsor ini memutus tebing besar.

Pondok selada
Pondok Selada dipenuhi rumput savana dan Edelweis. Ukuran edelweis di tempat ini terbilang mini jika dibanding Gede, tapi sangat banyak. Setelah melewati kali kecil yang ada pipa / selang air (dialirkan ke bawah oleh penduduk sebagai sumber air) masuk ke areal hutan. Rimbun hutan kiri kanan, disambut dengan hutan mati di atas sana.


Hutan Mati
Hutan Mati
Sehabis Pondok Salada, masuk ke hutan mati. Sungguh hebat kerusakan karena letusan tahun 2002. Pohon tinggal tersisa batang-batang hangus berjajar-jajar, seperti setting film angkasa luar.
Tanah kapur putih, ditumbuhi tongkat-tongkat hangus, untung lewat bagian ini siang hari, kalau malam mungkin ribet karena bingung menentukan jalur.





Tegal Alun
Tegal Alun, dataran luas dipenuhi rumput savana dan Edelweis jawa (Anaphalis javanicus). Struktur tanahnya gembur, seperti berjalan di atas matras. Setelah 3 jam 50 menit berjalan dari base camp, tim sampai di Tegal Alun. Tenda didirikan, sambil menunggu sore, jalan-jalan keliling areal Tegal Alun menikmati Edelweis jawa yang melimpah. Dan ternyata Areal Tegal Alun adalah jalur lintasan macan kumbang dan babi hutan. Karena struktur tanah yang gembur, jejak macan kumbang (Panthera pardus melas) terlihat jelas di sela-sela rumput, juga jejak babi hutan (Sus scrofa). Karena penasaran kucoba memotret bekas tapak dua musuh bebuyutan ini. Berharap cemas, semoga tenda yang terlanjur didirikan tidak diseruduk hewan berbulu kasar ini.
Jejak Panthera Pardus

Malam di Tegal Alun sangat dingin, lebih dingin dari Cikuray. Sebenarnya langit lagi cerah saat itu, milyaran bintang berteman bulan muda bertebaran di atas sana. Tapi udara sungguh dingin. Tak kuasa meskipun sudah buat api unggun, dan sarungan, tetap udara dingin tembus di sela-sela telinga.  



Available in English version.

Komentar

Gunung Papandayan mengatakan…
Kami tunggu kedatangannya kembali.,
mudah2an tidak kapok berkujung ke papandayan., :)
Tunggulwulung mengatakan…
Tgl 11 mei mendatang Kami ke papandayan lagi

Postingan populer dari blog ini

Akhir Kisah Hidup Tokoh Film Bumi Manusia

Bumi Manusia, roman karya Pramudya Ananta Toer, merupakan bagian pertama dalam empat novel seri Pulau Buru- Bumi Manusia - Anak Semua Bangsa - Jejak Langkah - Rumah Kaca. Sebuah novel berseting tahun 1898 tentang pertemuan budaya-politik antara negeri jajahan dengan negeri induknya. Tokoh utama digambarkan seorang lelaki muda pribumi yang dididik secara eropa dan mengaguminya kemudian menghadapi kenyataan bahwa negeri terjajah selalu berada pada posisi teraniaya. Sehingga melawan melalui tulisan di koran yang akhirnya merangsang tokoh nasionalisme lainnya menuju pergerakan pra-kemerdekaan Indonesia.  Tahun 2019 Roman ini diangkat ke layar lebar oleh Falcon Picture, disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Minke Tokoh utama, setelah kembali dari pembuangan dari Maluku menghadapi kenyataan bahwa seluruh hartanya termasuk kantor koran di Jalan Naripan Bandung, hotel di kawasan Jalan Kramat Raya, toko alat tulis/kantor di Kwitang Jakarta, rumah tinggal di dekat Kebun Raya Bogo...

Kearifan Kampung Naga

Kampung Naga terletak di tepi jalan Tasikmalaya - Garut, tepatnya di desa Neglasari, Kecamatan Salawu. Menghuni areal seluas 1,5 hektare di tepi kali Ciwulan yang memiliki hulu di gunung Cikuray . Menurut mang Cahyan, pemandu asli kelahiran kampung Naga, kampung ini memiliki pemimpin baik formal maupun informal. Kalau formal ada ketua RT, nah kalau informal (adat) ada Kuncen . Untuk menuju kampung Naga mulanya kita menuruni anak tangga berjumlah 440 dan di sinilah akhir jaringan listrik, karena penduduk kampung ini mempertahankan tidak memakai energi Listrik.  Saat ini memiliki 113 rumah adat. Rumah adat umumnya rumah panggung terbuat dari kayu dan anyaman bambu. Rumah umumnya terbagi menjadi empat bagian yaitu Dapur (dengan pintu berornamen anyaman bambu), ruang tamu (dengan pintu kayu, terkadang ada kacanya), ruang keluarga dan pabeasan (ruang menyimpan padi). Atap rumah terdiri

Treking Cisadon

thanks for reading, Alternatif olahraga di hari cerah, memang perlu efort karena letaknya di pedalaman sentul selatan. Dengan mobil dari jakarta keluar pintu tol sentul selatan. Kemudian menuju titik 0 km Hambalang. Bermotor lebih praktis. Ikuti jalan menuju koordinat ini. parkiran trail prabowo https://maps.app.goo.gl/7T16kdmozDT6KNZg6 Parkir tidak terlalu luas. Mungkin hanya muat untuk 20 mobil dan 40 motor. Jadi usahakan pagi sudah sampai di titik start. Rupanya trek treking termasuk favorit  terbukti pagi benar sudah banyak yang datang. Panjang trek 7 km sampai desa Cisadon, elevasi tidak sampai 400 m, jadi bersahabat untuk treker pemula. Bahkan beberapa anak TK Nol besar terlihat semangat treking. Kondisi jalur sebagian besar jalan batu (makadam), jalan berpasir dan beberapa zona jalan berlumpur. Karena jalur berada di sisi tebing maka terdapat rembesan air yang mengalir ke jalur. Terdapat curug di kanan jalur, airnya meluap ke jalanan. Habitasi adalah hutan dataran rendah, d...