Minggu, 31 Juli 2022

SIBORONGBORONG BUKAN SEKEDAR SAYUR KOL

thanks for reading,

Waktu abang pergi ke Siborongborong, 
datang hujan yang sangat lebatlah;
Terkejut abang terheran-heran,
Ada warung kopi di pinggir sawah.
Begitulah plesetan lagu sayur kol karya Punxgoaran yang terkenal itu.

Bakal menyesal anda tak mencoba kopi satu ni, namanya Single Origin Arabica Siborongborong. Diambil dari varietas Sigararuntang, ditanam pada ketinggian lebih daripada 1.200 mdpl di pegunungan sekitaran danau Toba. Petani membudidayakannya secara organik dan hanya memanen buah yang telah masak kemerahan. Diklaim aromanya wangi, bold, spicy, caramel dan fruity. Dibandrol dengan harga Rp88.000 per bungkus 200gram. Diproses secara semi washed. Cara pasca panen paling umum di Sumatera sana, simpel dan petani cepat dapat uang hasil panen. Buah dipanen kemudian dikupas kulitnya dengan mesin pulper, kemudian didiamkan dahulu dalam karung, dijemur, dan dikupas kulit tanduknya dengan mesin huller.

Diroast oleh Piltik Coffee, artisan specialty coffee roaster kayanya. Frasa artisan biasanya saya dengar di dunia perbakeran, perotirotian untuk merujuk baker house yang tidak terlalu besar, tak terlalu banyak memakai mesin, melestarikan rasa tradisi lokal yang unik, mempertahankan hidup yeast dalam sour dough yang bahkan telah diwarisinya dari kakek dari buyutnya si baker. Jadi yeastnya telah hidup/berumur ratusan tahun. Nah kali ini saya mendengarnya di dunia perkopian.
Momenth of truth: dicoba brew menggunakan mesin Otten, rasa yang muncul: fruity ada walau tak setajam Gayo, Bold terasa, harumnya pasti.

Sabtu, 09 Juli 2022

Polygon Bend R2 Bike Camping di Gunung Bunder

thanks for reading,
Polygon seri Bend adalah sepeda ampibi, tidak cengeng di trek setengah cross country macam jalur tanah kering sampai lembab, masih nahan di jalur berkerikil ringan, bisa adu nyaman jika sesekali menapak aspal rusak dan gak malu-maluin di aspal mulus.
Menempuh jarak sekira 70km, start dari Kalibata-Jakarta Selatan, menyusuri Postweg (Jalan Raya Bogor), sampai di bawah flyover tol Warung Jambu-Bogor belok kanan. Lanjut ke arah perumahan Yasmin, belok kanan ke arah Ciampea. Nah dari sini tanjakan mulai terasa.
Bend R2 besutan Polygon mempersenjatai diri dengan crankset, cassette, derailleur depan belang shimano seri sora. Brifter dengan sistem brake disc manual. Cassette dengan gear 9 pilihan kecepatan cukup handal meladeni tanjakan. Apalagi Crankset dengan 2 kecepatan membantu meringankan efek hukum Newton 1.
Jarak dari pertigaan Ciampea ke camping ground sebenarnya hanya 16km, tetapi karena menanjak maka kecepatan tidak lebih dari bebek ngesot sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama.
Bahkan di pertengahan jalan, roda depan Bend R2 copot. Untung saja nanjak jadi kecepatan sedang rendah. Tak ambil tempo, keluarkan kunci heksa ukuran 6. Karena amatir, setidaknya butuh 15 menit untuk memasangnya.
Camping ground Kabayan, terletak di area gunung Bunder, Taman Nasional Halimun-Salak. Area cukup luas, ditengah-tengah Pinus merkusii yang rindang. Toilet ada, hanya saja antre. Solusinya toilet ke arah curug ada camping ground satunya lagi, toilet tidak antri. Warung indomie siap 24 jam. Jadi tak perlu kuatir lagi.

Kopi Ujung Karangan Makassar

thanks for reading,

Berasal dari Karangan, Enrekang, Sulawesi Selatan. Menurut gmap daerah ini berada pada ketinggian lebih daripada 1.500 mdpl. Dalam keterangan bungkus, kopi ujung mengeroastnya secara medium. Rasa yang dihasilkan ditulis dalam klaim: subtle caramel & tamarind sweetness, lemon acidity with tea like clean aftertaste. Bungkus 250gram rp100.000. Dicoba brew dengan mesin, saat grinder jalan aroma kacang yang muncul, hasil brew rasa asam ada, caramel tidak muncul. Belum dicoba dengan V-60. 
Berani coba?

Selasa, 05 Juli 2022

Roadbike Polygon Strattos S4 vs Pacific Primum 3.5

thanks for reading,
 

Sama-sama road bike, dibandrol di kisaran harga yang sama sekitar 11jt lebih

 

Strattos S4

Primum 3.5

Harga

11.500.000

11.350.000

Frame

ALX All Round

Toray Carbon 700C

Fork

ACX All Round

Tapered Carbon

Handlebar

Entity Sport Alloy

Syte W

Seat Post

Entity Sport Alloy

Primum Carbon

Shifter

 Shimano Tiagra ST4700

Shimano Sora R3000 2X9

Front Derailleur

Shimano Tiagra 4700

Shimano Sora FD-R

Rear Derailleur

Shimano Tiagra 4700

Shimano Sora 9

Crank Set

Shimano Tiagra 50/34T

Pro wheel Ounce 34/50 Hollow

Cassette

Shimano Tiagra 12-28T

 

Brake

Shimano Tiagra BR4700

Hydraulic Disc

Pedal

Alloy Cage

Alloy

Tire

Performance Tire 700X28

CST Recourse 700X28

Rim

 Entity XL3

Syte Cronos Alloy Dwall

Wieght

9,6kg

9.8kg

Minggu, 03 Juli 2022

Kopi Ujung Malino Natural

thanks for reading,

Kopi dari Topidi, Gowa, Sulawesi Selatan, ditanam di 1.200-1.350 mdpl. Diproses secara natural. Medium roast. Klaim: hints of peach, cerry, strawberry, mango with lingering tea like finish. Bungkus biji 250gram @rp100.000.
Setelah dibrew dengan mesin, rasa yang muncul justru agak sedikit wine. Sensasi kecut ada, namun strawberry tidak muncul, apalagi teh dan mangga. Belum dicoba dengan V60. Toko di dekat pantai Losari, Makassar.
Kesimpulan: masih memilih saudara iparnya, toraja.

Pacific Noris Pro X Blusukan

thanks for reading,


Istana Negara
Simpel, ringan, gampang dibawa blusukan, lewat pasar, gang, kampung tidak masalah. Sedikit jalan bertekstur seperti cor semen atau con blok juga tidak masalah. Apalagi lewat aspal Jakarta yang mulus. Jalanan sekitar Istana Negara yang ciamik, sangat sayang dilewatkan tanpa genjot. Sabtu pagi pesepeda banyak lewat area ini. Memang seli tidak bisa secepat road bike, namun cukuplah untuk nyetir, mlipir, mampir.
Blitar Kota Peta
Patung peringatan pemberontakan PETA Blitar, adalah monumen untuk memperingati pemberontakan peleton Pembela Tanah Air, seorang muda bernama Sudancho Supriadi dan kawan-kawan melawan Jepang. Narasi umum di atas kurang tepat, seharusnya bukan pemberontakan, tetapi perjuangan. Setelah peristiwa perlawanan tersebut, hingga kini Supriadi hilang tidak diketahui dimana berada. Mungkin dibunuh Jepang dan jenasahnya sengaja dihilangkan. Beliau juga tidak merespon surat panggilan Presiden Soekarno kepadanya untuk menjadi Menteri Pertahanan RI yang pertama. Perlawanan ini menjadi inspirasi bagi pemuda daerah lain untuk melawan penjajah. 
Kebun Raya Bogor
Alun alun Ngalam
Setelah gowes tahes, sangat cocok makan soto bogor atau bakwan malang. Jangan lupa nambah. Di sekitar kebun raya bogor banyak street food soto kuning khas bogor, hidangan berkuah kuning santan dan daging sapi, bagi yang masih berani boleh coba iso, jerohan.  Ke Malang belum lengkap kalau tidak mencoba bakwan malang. Namanya bakwan tapi sebenarnya bakso, hanya saja bentuknya beraneka, mulai bakso daging mulus, bakso urat bertekstur kasar, bakso udang aci dan pangsit goreng. Jika kurang puas mampir lagi ke warung Rawon, hidangan daging berkuah hitam, berbumbu keluwak, sebagian menyebutnya kepayang atau pucung.
Tugu Jogya
Ke Jogja belum lengkap jika belum sowan tugu penjaga di Jalan Mangkubumi. Mangkubumi adalah salah satu pewaris Kesultanan Mataram disamping Pangeran Puger dan Pangeran Samber Nyawa. Kelak Mangkubumi mendirikan Kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat, dan bergelar Hamengkubuwono I. Sementara Pangeran Puger bertahta di Kasunanan Surakarta, dan keturunan Sambernyawa bertahta sebaga Mangkunegoro di Solo.
Jalan Mangkubumi bersambung dengan Malioboro, bagi pesepeda dari jalan Mangkubumi ke Malioboro tak perlu repot mengambil jalan memutar rel kereta api, karena ada pintu bukaan berpagar penyambung antara kedua jalan ini. Mengingat weekend di Jogya yang macet maka ke angkringan dengan bersepeda menjadi solusi nyaman untuk penikmat duduk bersila di tepi jalan sambil ditemani kopi jos dan sego kucing.
Kanoman Cirebon
Sedikit dari Istana yang dapat dilihat tanpa ditutupi pagar luar dan tanpa melewati pintu penjagaan karcis berbayar adalah Istana Kanoman Cirebon, bersahaja berada di tengah-tengah kampung dan pasar, karena jalanan di tengah kampung yang kecil, maka cocok mengunjunginya dengan bersepeda. Seperti saudara tuanya, Keraton Kasepuhan, dinding bangunannya bertabur keramik asal dinasti Ming, China. Suasananya tenang dan teduh. Jangan lupa sebelum balik, mencoba nasi lengko.

Comeback ka Gunung Guntur

thanks for reading,


Setelah 10 tahun, akhirnya balik ke sini lagi. Sebenarnya ragu, pertama ini musim hujan, kedua kemarin heboh berita pendaki  hilang bernama Gibran. Syukur setelah seminggu, akhirnya ditemukan oleh mang Ade, kuncen gunung Guntur, di dekat curug Citiis. Konon Gibran pamit pipis dan tahu-tahu pindah dimensi. Dibawa mahkluk lain yang katanya wajahnya tertutup semacam cahaya.
***
Setelah 10 tahun, berat badanku juga surplus 10 kg dibanding pendakian sedasawarsa lalu. Kini di kaki gunung sudah banyak base camp, tinggal pilih mau yang mana, lengkap dengan lahan parkir yang cukup dua atau bahkan empat mobil dan bisa pesan sarapan.


Di pos 3 tersedia camping ground, lengkap dengan toilet dan warung indomie. Menuju puncak, kontur jalur kerikil dan pasir jadi naik tiga merosot satu langkah. Baiknya melipir di kiri atau kanan jalur kerikil itu, batu dan rumput jadi menghemat tenaga.


Sabtu, 02 Juli 2022

Sepeda Lipat Pacific Noris Pro X setelah 500km

Medan yang dilalui mayoritas jalanan aspal, kadang melintas con blok dan jalan cor semen. Daerah datar-datar di Jakarta sewaktu bike to work, atau menanjak saat genjot sabtu di area Bogor kota atau Sentul. Jarak terjauh sekali even genjot 55km. Beberapa kali masuk bagasi mobil dibawa keluar kota. Gampang lipat-buka, bentuk compact tidak menuh-menuhin mobil.
Setelah akumulasi 500km, yang dirasakan dari sepeda hitam ini:
- rantai pernah lepas sekali di jalanan datar
- rem hidrolik tetap pakem
- ban depan dan belakang aman tidak mengempis
- sadel syte cukup nyaman, apalagi kalau memakai celana pading
- gigi belakang beberapa kali tidak pas/mulus pindahnya, namun setelah digenjot normal kembali
- piringan rem yang semula koser saat cuaca memanas, justru sekarang gak bunyi kesrek-kesrek lagi
-rantai pernah timbul jejak karat karena habis kehujanan
- secara umum sepeda ini nyaman untuk pemula

Spesifikasi:
>garpu depan hi ten steel
>frame, handlebar, seatpost alloy
>shifter 8 speed shimano SL
>rear derailleur shimano tourney
>poros engkol 53T
>gigi belakang 11-32T 8 speed
>sadel syte
>rem cakram hidrolik


Minggu, 24 April 2022

Empal Gentong Kuliner Enak Ga Bikin Dompet Bolong

thanks for reading,

Ilustrasi
"Gentongnya mana mba?"
"Di depan pak, yang ada asap-asap itu."
    Begitu percakapan saya dengan mbaknya pelayan salah satu rumah makan di sepanjang Jalan Tuparev Cirebon. Saya pikir, empal gentong disajikan bersama gentongnya, ternyata di mangkok. Mendengar kata empal, yang terbayang adalah olahan daging sapi berukuran tiga jari orang dewasa, dimasak agak kering, dan kadang diberi parutan kelapa. Ternyata empal gentong adalah sejenis gulai sapi, tentu berkuah santan, warna kuning kunyit, dihias irisan daun kucai dan sesuai namanya dimasak di dalam gentong tanah liat. Yang unik adalah ditabur cabai kering krasak, tidak terlalu lembut seperti bubuk cabai mie instan. Cirebon punya cara.

    Secara sejarah Cirebon memang berdiri di tengah-tengah pengaruh gravitasi budaya Jawa Tengah dan Sunda. Maka tak heran masyarakatnya memiliki irisan adat keduanya. Dan irisan itu membentuk ciri khas tersendiri, mandiri, dan diwariskan turun temurun seperti empal gentong ini.

    Mumpung di Cirebon, kita coba satu-satu warung empal gentong yang katanya legend. Pilihan pertama karena masuk Cirebon via exit Plumbon, maka ketemu Empal Gentong H. A**d. Pelayanan cepat, ukuran porsi cukup (tidak banyak juga), harga ramah, daging empuk, rasa gurih, kunyitnya cukup kuat, dan ada sedikit rasa smokey. Tempat duduk luas.
    
    Esoknya mencoba empal gentong lain di jalan Slamet Riyadi. Empal Gentong Kr***k. Pelayanan cepat, ukuran porsi cukup, harga ramah, daging empuk, rasa gurih, kunyit tak terlalu menyengat, tempat duduk lumayan luas, ruangan lebih bersih dan nyaman dari yang pertama.
    
    Nah sorenya mencoba di tempat lain lagi, empal gentong bu N*r, di daerah Kejaksan. Tempatnya lebih kecil, bumbunya lebih kompleks dibanding dua di atas. Masing-masing empal gentong di tiga warung itu memiliki keunggulannya sendiri-sendiri.
    
    Kata mbaknya yang masak, empal gentong terbuat dari daging sapi, santan kelapa, bawang merah, bawang putih, kunyit, cabe, sereh, jahe, lengkuas, kemiri, daun salam, daun kucai, daun bawang, garam, gula merah.  bawang merah goreng dan kayu manis.  Mau coba? 





Jumat, 22 April 2022

Penunggu Ruang Bendahara

thanks for reading,

 
Ilustrasi: dari Shuttersctok

   
Bang Sad ditugaskan ke kota Kali Kebak, berjarak tiga jam lebih berkendara dari kantornya di Kabupaten B. Bersama Bang Dijey, rabu itu pagi-pagi benar mereka berangkat. Karena jauh, tak mungkin bermotor, maka Isuzu Panther gaek yang dibawa. Waktu itu menjelang lebaran.

    Ini pertama kalinya bang Sad ke sana. Kalo Bang Dijey sudah beberapa kali ke situ. Sepanjang jalan melewati bukit lembah, ladang, tak jarang jalan berkelok dan kirinya jurang. Dasar jurang itu dialiri sungai besar, Batang Merbayu. Kata orang sungai ini dihuni ikan Semah, bentuknya mirip ikan siluman yang di cibulan kuningan. Maka tak heran di beberapa tempat ada pemancing menjajakan hasil pancingannya. Ikan Semah sangat cocok digulai, sisiknya empuk.

    Pemandangan menuju Kali Kebak sangat indah, ada tebing, lamtoro disela kebun kopi, sawah dan danau. Di pinggir danau ini orang menanaminya dengan padi. Padi tradisional yang baru bisa dipanen di usia 7 bulan. Beras Payo sebutannya, teksturnya kemepyar namun enak. Ini adalah paduan pemandangan sawah dan danau terindah yang pernah Bang Sad saksikan, tak salah orang menyebut daerah ini dengan sekepal tanah dari surga.

    Sekira jam 09.25, Bang Sad sudah sampai di Kantor Pemkot Kali Kebak untuk koordinasi penyuluhan dengan bagian protokoler. Kemudian dilanjut ke Pemda Kesenti tak jauh dari situ. Dulu sebelum pemecahan, kedua wilayah itu adalah satu kabupaten. Tak dinyana sudah jam setengah satu siang, maka Bang Dijey mengajak makan di warung otentik Dano Kaco seberang Polres. Bang Sad heran, ini pertama kali mencoba gulai kemumu, oseng pensi, gaya masakannya oily, semua asing di lidah tapi ternyata ngangeni.

    Jam dua siang, Bang Sad sudah berapa di kantor cabang kantornya. Sekalian mau bertemu pimpinan kantor cabang, Mang A. Ternyata Mang A sedang menghadiri undangan dari Gapensi. Di sinilah cerita dimulai.

    Bang Sad dan Bang Dijey masuk ke ruangan tengah, duduk berseberangan, diantara mereka terdapat aisle menuju pintu masuk ruang bendaharawan kantor cabang. Mereka sedang mengerjakan konsep undangan penyuluhan dan bahan slide in house training.

    Setelah corat-coret konsep, pulpen Bang Sad macet. Sementara Bang Dijey baru sadar pulpennya ketinggalan di kantor pemda tadi. Bersamaan itu pula tetiba Bendaharawan kantor cabang lewat di depan mereka, namun tidak senyum tidak menyapa tidak salam, berwajah poker, tahu-tahu melewati mereka dan berjalan masuk menuju ruang bendahara.

    Kompak Bang Sad dan Bang Dijey memanggil, "Rid, riid." Karena yang dipanggil tak menyahut,"Faarriiiiiiiid...!" Maksudnya mau pinjam pulpen. Tapi bendahara itu tak mendengarkan, langsung masuk ruangan, tampak punggung saja.

    Dari belakang, Bang Sad melihat bendahara itu masuk ruangan, memakai baju biru lengan panjang persis seperti dirinya. Lengan baju tangan kirinya dilipat, maka kelihatanlah kilap gelang metal jam tangan melingkar di pergelangan tangan kirinya.

    Karena kesal, maka Bang Sad bangkit dari tempat duduk dan menuju ruang bendahara itu. Rupanya Bang Dijey juga kesal, maka dia menyusul masuk ruangan bendahara juga. Pengen rasanya menjewer bendahara sok itu.

    Betapa bingung Bang Sad, apalagi Bang Dijey, ternyata di ruangan itu tidak ada siapa-siapa. Padahal tadi yakin seyakin-yakinnya, mereka berdua melihat bendahara itu melenggang masuk ruangan itu. Sampai-sampai mereka melongok-longok ke bawah meja, balik lemari, balik pintu, dan didapati ternyata tidak ada orang selain mereka berdua. Ruangan itu cuma berukuran 2x3 meter, hanya memiliki satu pintu masuk, bahkan jendelapun tidak ada. Maka satu-satunya cara keluar masuk ya dari pintu itu.

    "Kemana ni anak, tadi kan masuk ke sini," selidik Bang Dijey terheran. "Iya, aneh bang, tadi kan dia masuk ke ruangan ini, malah sempat kulihat tangan kirinya yang bergelang jam itu melintas di depan hidungku, kok jadi hilang" sahut Bang Sad. Maka mereka berdua sambil terbingung berjalan keluar dari ruangan itu. Dan betapa kaget, ternyata si bendaharawan itu ada di konter pelayanan di ruangan depan sana. Lah tadi yang masuk itu siaapaaaaaa.

bersambung.










Minggu, 17 April 2022

Magnificat Teks Vulgata Dalam Karya Pramoedya

thanks for reading,

Novel Pram acap diasosiasikan dengan aliran kiri. Dalam Rumah Kaca, Pram memang menulis sepak terjang tokoh-tokoh kiri pra kemerdekaan, seperti Mas Marco Kartodikromo dan Semaun. Mas Marco diriwayatkan sebagai penyebar jargon sama rata sama rasa. Semaun, aktivis SI Merah diceritakan sebagai penggerak mogok kaum buruh pribumi untuk melawan Pemerintah Hindia Belanda. Namun secara seimbang, kiprah Mas Tjokro melalui Syarikat Islam juga dikisahkan. Ditambah lagi secara mengejutkan Pram menyelipkan kidung pujian iman Kristiani persis di bagian outro novel ini.

Rumah Kaca, yang adalah novel keempat dalam tetralogi pulau buru, di halaman terakhir, Jacques Pangemanann si penutur aku, petinggi Algemene Secretarie Hindia Belanda yang berperan mengasingkan perintis pers advokasi pribumi-R.M. Tirto Adhi Surjo (Minke)- ke Maluku, menulis surat kepada Nyai Ontosoroh:

Kepada Madame Sanikem Le Bouch,

    Tak perlu kiranya aku menjelaskan tentang yang selebihnya yang telah kulakukan itu; Madame sebagai wanita yang arif bijaksana dapat mengerti semuanya. Tentang kenyataan-kenyataannya cukuplah semua tertera dalam berkas catatanku Rumah Kaca ini, yang dengan rela kupersembahkan padamu. Madamelah hakimku. Hukuman aku terima, Madame.
    Bersama ini aku serahkan juga padamu naskah-naskah yang memang menjadi hakmu, tulisan R.M. Minke, anakmu kekasih. Terserah bagaimana Madame menggunakan dan merawatnya.
Deposuit Potentes de Sede et Exaltavit Humiles.

***
(Rumah Kaca, hal 646, ISBN 978 979 97312 6 5)

    Kalimat terakhir adalah bagian dari Magnificat, nyanyian sukacita Bunda Maria ketika menerima warta dari Malaikat, tepatnya di Kitab Lukas 1 ayat 52. Saat itu bangsa Israel dijajah oleh pemerintahan Romawi. Pram mengambil kalimat itu dari Vulgata, terjemahan Alkitab ke dalam bahasa latin dari bahasa Yunani Koine oleh Santo Jerome. Ucapan Sukacita Bunda Maria ini umum didaraskan dalam liturgi ibadah Kristiani, misalnya pada Masa Adven (minggu-minggu yang mendahului hari Natal). Yang artinya: Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan  meninggikan orang-orang yang rendah.
    Masihkan cap kiri pada novel ini tak bisa dihapus? Adil sejak dari pikiran.

Sabtu, 09 April 2022

KISAH MENCEKAM! REST AREA GHAIB

thanks for reading, 

ilustrasi
Cerita ini saya peroleh dari pengalaman seorang teman sebut aja Bang Sad, 
Semula dia bekerja dan tinggal di Jakarta, namun kemudian oleh kantornya dipindah tugaskan ke kabupaten B di Sumatera sana.
Inilah pertama kalinya dia bekerja di luar pulau. Dari Jakarta, setelah turun dengan pesawat di bandara ST perlu 6 jam perjalanan darat menuju B.
Singkat cerita Bang Sad sudah sampai di B, kotanya sepi, tidak ada Mall apalagi XXI. 
Yang cukup ramai hanya jalur lintas Sumatera dan area perkantoran saja, agak ke dalam perkampungan sepi dan beberapa ruas jalan saja yang ada lampunya. Lebih dari itu hanya kebun sawit ujung ke ujung.

Gak kerasa, Bang Sad sudah sebulan di B.
Sebagai orang baru penasaran rasanya ingin menjelajah kabupaten-kabupaten sekitar.
Sabtu siang ini setir motor diarahkan ke Kabupaten S berjarak sekitar 75 km dari B.
Sendirian nyetir, karena kawan-kawan kantor rata-rata bukan orang sini, jadi sabtu-minggu mereka pulang ke rumahnya masing-masing di kabupaten atau kota sekitar.

Jalanan Sumatera luas dan sepi, tidak sama dengan Jakarta yang macet.
Selepas kampung-kampung, mulai jarang rumah, kiri-kanan jalan hanya semak perdu, hutan, kebun sawit atau kadang-kadang tanah kosong berlempung.
Sesekali biawak atau babi hutan seenaknya menyeberang jalan.

Setelah satu jam bermotor, sampailah Bang Sad di pinggiran kabupaten S.
Mencoba makanan terkenal di sini, pindang ikan Tapah. Pindang adalah gaya masakan berkuah Sumatera (tidak sama dengan arti ikan Pindang di Jawa Timur). Kata makwo penjualnya, ikan Tapah penghuni Batang A berbentuk mirip ikan Patin berukuran besar, giginya banyak, konon ikan dewasa bisa makan manusia.
Sampai di sini semua berjalan normal-normal saja.

Setelah puas jalan-jalan di S, selepas magrib, Bang Sad berniat balik ke B. Sengaja tidak makan sore dulu karena sesiangan tadi banyak jajan, jadi perut masih terasa kenyang. Hari mulai gelap. Disinilah ceritanya dimulai.

Sekira 45 menit bermotor sampailah bang Sad di jalanan yang kiri-kanannya perdu atau hutan semak, sepi lagi gelap. Agak mendung pula. Maklum walau sudah puluhan tahun Republik ini memproklamasikan kemerdekaannya, listrik di sini masih sering padam, apalagi hari sabtu atau minggu.

Karena kurang penerangan, motor Bang Sad seperti melindas gundukan bergerak. Crukkk duk.
Motor oleng. Beberapa belas meter kemudian bang Sad sadar ban motornya mengempes.
Biawak sial, katanya.

Tengok kiri-kanan tidak ada siapa-siapa. Jalanan sepi. Lampu motornya jadi satu-satunya penerang. Beberapa serangga terbang mendekati bendang lampu motornya.
Apa boleh buat, sambil misuh-misuh, Bang Sad menuntun motornya.

Tukang tambal ban, dimana kau di tengah antah berantah begini. Sudah lima belas menit Bang Sad menuntun motornya, namun belum ada tanda-tanda mendekati kampung. Agak jauh kelihatan kelip-kelip deretan lampu entah kampung entah toko. Tak ambil tempo, Bang Sad mempercepat menuntun motornya ke situ.

"Rest Area L". Demi melihat plang di kanan jalan itu, Bang Sad lega. Rupanya semacam rest area, tidak terlalu luas, ada tukang bakso, tukang kopi, nasi lemak, gulai tekuyung. Dan yang paling penting ada tukang tambal ban.

Sambil ngopi, Bang Sad ngobrol dengan pedagangnya. Dia cerita kalo baru sebulan ini di Sumatera. Tukang kopinya bapak-bapak setengah baya, memakai sarung hitam dan lacak berwarna hitam. Orangnya ramah. Bapak itu bercerita juga bahwa dia sudah 8 tahun berdagang di rest area ini. Kopinya khusus didatangkan dari dataran tinggi J sebuah kecamatan terpencil di selatan sana, walau robusta namun ada kecutnya. Bang Sad heran, baru pertama ini mengenal robusta yang ada sensasi asamnya. Enak, katanya.

Tiba-tiba hujan turun lebat. "Cilaka", katanya. "Meneduh bae di sini dulu mas, takutnya jalan licin", Kata bapak penjual kopi sambil melayani pembeli lain. Pembeli lain itu, pemuda, memakai lacak hitam juga seperti bapak penjual kopi, umurnya sekira 27 tahunan, seumuran Bang Sad. Pembeli itu minta dibungkuskan kopinya, jadi tidak ikut ngobrol di warung ini. Bang Sad merasa aneh, karena antara bapak penjual kopi dan pembeli itu tidak bicara apa-apa, sepertinya sudah kenal lama, cuma datang, dikasih kopi, langsung bayar, trus pergi. 

Bapak penjual kopi itu juga bercerita bahwa dia tinggal di kampung di belakang rest area ini, bersama istri, anak kedua dan si bungsu, sedang anak pertamanya merantau ke Jakarta. "Dimana di Jakartanya pak?" tanya Bang Sad. "Menteng Pulo, sudah dua tahun ini belum pulang ke sini".

Bang Sad antara senang dan sedih. Senang karena merasa relate dengan bapak penjual kopi yang punya anak di Jakarta, sedih karena justru orang sini merantau ke Jakarta, sementara dia sendiri yang berasal dari Jakarta malah bekerja di kabupaten ini. Seperti kebolak-balik.

Obrolan mengalir ngalor-ngidul, Bang Sad kaget ketika melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 10 malam. Rest area yang tadinya ada barang tiga empat mobil dan belasan motor, kini tinggal dia dan satu motor di ujung, sepi. Bang Sad merogoh dompetnya dan pamit.

Bapak penjual kopi menawari Bang Sad supaya menginap saja di rumahnya, karena agak gerimis, baru besok pagi melanjutkan perjalanan ke B, toh besok hari minggu, tak perlu tergesa. 
Bang Sad memutuskan tetap pulang ke B, dan berterima kasih ke bapak penjual kopi yang sudah bermurah hati.

"Terima kasih pak, semoga bapak laris jualannya."
"Iya mas, hati-hati di jalan, kalau kapan-kapan lewat, silahkan mampir lagi ke warung saya ini. Masnya baik, saya jadi ingat anak saya yang di Jakarta itu, seumuran sama mas."

Motor distarter, lampu dinyalakan, Bang Sad siap meluncur. Bang Sad memang tukang ngopi, jika ketemu yang cocok kadang lupa waktu, nongkrongnya kelamaan seperti tadi. Menuju pintu keluar rest area, Bang Sad mencium bau wangi, yang jelas bukan bau minyak wangi. Wanginya seperti bunga sedap malam. Manis dan musky. Baunya kuat dari arah belakang.

Sebelum keluar rest area, Bang Sad menoleh ke belakang. Warung bapak tadi tahu-tahu sudah gelap, kok cepat sekali beberesnya, mungkin bapak itu juga bergegas pulang, pikirnya.

Singkat cerita Bang Sad sudah sampai di B.

Waktu berlalu dengan cepatnya, kini Bang Sad sudah enam bulanan di B. Mulai hapal pojok-pojok kota tempat kuliner atau ngopi. Mendengar kata kopi, Bang Sad teringat rest area di pinggiran kabupaten B yang dia mampir lima bulan yang lalu, rasanya ingin ke sana lagi, tapi siang hari saja.

Masih dengan motor bebeknya, Bang Sad meluncur ke jalur lintas arah kabupaten sebelah. Dengan niat mampir ke warung kopi di rest area tempo hari.

Karena belum terlalu hapal, maka Bang Sad mengira-ngira perlu waktu nyetir 20 menit menuju ke sana. Karena berpatokan saat malam itu dia pulang dari rest area itu ke kostnya juga 20 menitan.

Sudah 40 menit bermotor, namun di sebelah kiri tak ada tanda-tanda adanya Rest Area. Yang ada hanya sedikit perkampugan, deretan toko kelontong, kemudian kebun sawit, kebun tak terurus atau tanah kosong. Bang Sad putar balik. Kini dia fokus di kanan jalan. Juga tak berhasil menemukan Rest Area itu. Padahal dia yakin seharusnya setelah menyetir 20 menitan, rest area itu ada di sebelah kanan.

Karena penasaran, Bang Sad putar balik sekali lagi, namun hasilnya nihil. Rest Area itu tidak ditemukan. Yang ketemu justru seperti ada suatu jalan masuk, kemudian tanah lapang berumput tinggi, beberapa bangunan kios terbengkalai dan plang lusuh bertulis L*mb*r. Ada tumpukan ban motor bekas ditumbuhi lumut. Di sampingnya ada mobil rongsok, sepertinya bekas kecekalaan, hampir tak berbentuk dan ditumbuhi belukar. Karena putus asa, akhirnya pulang balik ke B.

Kebenaran Terungkap.

Seminggu kemudian Bang Sad duduk-duduk di pos satpam kantornya. Ngobrol dengan pak satpam, Bang Kar namanya.

"Bang, aku kemarin dulu pernah ngopi enak di rest area, dari kantor kita ini 20 menitan lah motoran ke jalur lintas arah S."
"Rest Area mano tu pak?"
"Itu, kalo dari sini sebelah kiri, 20 menitan lah naik motor ke sana. Kemarin ini aku ke sana lagi, tapi gak ketemu bang rest areanya. Padahal aku sudah putar balik sampai dua kali cari gak ketemu juga. Seingatku tempatnya lumayan luas walau gak besar-besar amat, gak mungkin kelewat."
"Pak, kami ni enggak sekali dua dengar pengalaman aneh seperti ini. Jangan-jangan ..."
"Jangan-jangan apa bang?"
"Itu apa di sekitar turunan yang keempat dari sini pak?"
"Wah, gak itung aku berapa turunan naiknya bang."
"Kalo misalnya benar habis turunan keempat itu pak... ". Bang Kar menghisap rokoknya dalam-dalam. Aku menunggu.
"Gini pak, kalo tak salah aku ingat 8 tahun yang lalu tu ado kecelakaan lalu lintas di situ, persis di depan rest area itu. Korbannya tu bapaknyo, istrinyo dan tiga anaknyo, orang Jakarta pak. Kata koran, mobil korban itu adalah rombongan lamaran calon penganten. Ceritanya si bapak melamarkan anak laki-lakinya, katanya umur 27 tahun. Nah yang dilamar tu perempuan dari J pak, kecamatan terpencil di selatan sana, 4 jam dari sini, jalan berkelok naik turun. Mungkin karena kecapekan, rombongan itu kecelakaan waktu balik ke Jakarta."
"Nah, entah apolah sebabnya, lamo-lamo rest area itu ditinggal para pedagang yang mangkal, lama-lama sepi, kemudian kosong terbengkalai sampai sekarang. Kata berita di koran, keluarga korban itu dimakamkan di Menteng Pulo Jakarta pak."
Merinding.
 













Rabu, 30 Maret 2022

BLESSING IN DISGUISE

"...tulisannya renyah, selera humornya bukan kaleng-kaleng, mengingatkan saya pada James Herriot, Andrea Hirata, Mahbub Djunaidi dan Slamet Suseno..." (Alexander Zulkarnain-Inspektur Investigasi Kemenkeu sekaligus pegiat sastra Kemenkeu-narasumber pada acara peluncuran buku Gemilang 2021 Kanwil DJP Jakarta Khusus, 30 Maret 2022)

Blessing In Disguise

“Something that seems bad or unlucky at first, but results in something good happening later.”

 


        
Begawan John Maynard Keynes[1] bertalu-talu mengingatkan agar pada masa ekonomi sulit, pemerintah perlu manambah belanja dan menurunkan pajak untuk merangsang sisi permintaan supaya mengangkat ekonomi keluar dari depresi. Artinya secara blak-blakan, dia menentang engkongnya sendiri, Adam Smith[2], karena sinuhun yang kusebut terakhir ini lebih suka memasrahkan penyelesaian depresi ekonomi kepada invisible hand, bahwa ekonomi memiliki kekuatannya sendiri untuk keluar dari masa depresi tanpa campur tangan pemerintah. Karena laissez faire yang secara harfiah berarti biarkan apa adanya, bagi dedengkot mazhab klasik ini seumpama kredo yang harus dipertahankan sampai ajal.

          “Sejak Nabi Adam sampai Adam Smith, tak kurang dari 1.053 bukti di depan kumis baplangmu, bahwa ekonomi mampu menuju keseimbangannya sendiri, itupun kalau kau mampu menghitungnya,” hardik Smith. Merasa kewibawaan kumisnya dirongrong, Keynes tak terima, “Tapi itu di jamanmu dulu tuan, krisis ekonomi 1930 ini tak akan kunjung usai jika pemerintah terus-terusan melipat dompetnya seperti rambut gelungmu itu.”

          Dua diktat karya dua pujaanku yang bertengger pada rak buku di meja kamar kostku itu memang selalu baku cakar, apalagi jika topiknya tentang penyelesaian dampak depresi ekonomi seperti kondisi perekonomian saat pandemi Covid-19 ini. Tak ada yang mau mengalah, tegang. Untuk alasan kenyamanan, aku sengaja tidak mengoleksi buku karya Milton Friedman[3], hulubalang kaum monetarist itu. Kau pasti sudah tahu musababnya. Pertama karena dia bukan idolaku, alasan kedua karena ketiga mazhab ekonomi makro itu, tidak pernah rukun sepanjang jaman.

          Untuk meredakan ketegangan meja di kamar kosku, aku memasang pigura ukuran 8R berisi poster pujaanku yang ketiga, tentu saja perempuan, cantik bukan buatan, bodi aduhai, kutaksir tingginya sekitar 162 cm, bagian filtrum[4] membentuk konstelasi bibir merahnya tambah menawan, suaranya merdu, konon memiliki jangkauan suara[5] dari nada D3 sampai C6, lebih terkenal daripada kedua pujaanku di atas, untuk sementara belum waktunya kusebut namanya.

***


         
Aku ditempatkan di KPP Badora sejak akhir tahun 2019, persis menjelang Pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Aku sudah menikah, anak dua istri satu, terpaksa kutinggal di sebuah kota penghasil rokok kretek di Jawa Tengah sana, aku kost di Ibukota ini. Lapar dapat ditambar, rindu tak mungkin ditunda untuk dipadu, maka seminggu sekali aku pulang-balik. Ini semua gegara seorang sok pintar bernama James A.F. Stoner[6]. Kuduga setelah mendapat bisikan dari Hades, dewa penguasa neraka, dalam bukunya dia bertitah bahwa manajemen personalia adalah prosedur berkelanjutan untuk memasok SDM pada saat organisasi membutuhkannya. Arti turunannya adalah karena kebutuhan organisasi maka orang dimutasi. Tahu apa kau Stoner, itu di negaramu sana, kami ini adalah bangsa yang mangan ora mangan kumpul.[7]

          Maret 2020 yang lalu, semakin santer berita Covid-19 melumpuhkan dunia, tak hanya segi kesehatan tetapi juga ekonomi. Bahkan Indonesia sudah duduk di ruang tunggu. Sementara kegiatan ekonomi harus hibernasi, dikuatirkan akan berakibat resesi. Maka penanganan harus jitu kalau tidak mau masuk ICU. Perekonomian harus dijaga dengan cermat kalau tak mau rawat inap, kemudian sekarat, salah-salah masuk liang lahat.

          Untuk itu Kementerian Keuangan dengan bangga menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-23/PMK.03/2020 bertajuk Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus Corona. Kemudian menyusul di bulan April 2020 menggulirkan PMK-28/PMK.03/2020 berjudul Pemberian Fasilitas Pajak Terhadap Barang dan Jasa Yang Diperlukan Dalam Rangka Penanganan Pandemi Covid-19.

          Pada intinya beleid itu mengatur bahwa kepada WP yang terdampak pandemi Covid-19, akan diberikan fasilitas berupa PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah, Pembebasan Pemungutan PPh Pasal 22 Impor, Pengurangan angsuran PPh Pasal 25, pengembalian pendahuluan PPN dan insentif PPN ditanggung pemerintah untuk barang/jasa untuk penanganan pandemi. Pada intinya pengurangan pajak. Dengan harapan pengurangan/fasilitas itu nantinya dibelanjakan oleh si penerima manfaat untuk konsumsi atau investasi, sehingga mengatrol sisi Permintaan. Artinya secara tidak langsung, pemerintah mengeluarkan tambahan belanja. Sekali tepuk dua muka terpercik, cerdik. Aroma Keynesian tercium di sini.

          Kubaca di koran ibukota betapa ramai kritikan atas paket stimulus itu karena tahu-tahu diubah dan ditambah di sana-sini. Jika William N. Dunn[8] melihat ini, dia pasti mencibir, “ini kebijakan publik, bukan celana kolor bapakmu, jangan main tambal sulam seenaknya.” Begitulah pedasnya bunyi protes dari koran rindu oplah itu. Namun perubahan itu perlu dimaknai sebagai kedayatanggapan untuk merespon kondisi real yang memang dapat berubah setiap saat. Mengingat kondisi yang dihadapi adalah VUCA[9], maka harus terbuka. Artinya organisasi publik harus agile, lincah, memiliki kedayatanggapan. Dan tahukah kau kawan, kata agile itu sendiri tertulis setidaknya 9 kali dalam buku Renstra Kemenkeu 2020-2024.

          Akhir tahun 2020 yang lalu, KPP Badora hanya mampu memetik realisasi penerimaan 96%. Berarti sudah tiga tahun ini tidak mencapai finish. Sekarangpun Pandemi covid juga belum menunjukkan tanda-tanda akan perlop. Apalagi Wajib Pajak dengan setoran pajak tahun 2020 terbesar, di tahun 2021 usahanya bubar. Bagaimana nasib penerimaan di tahun 2021 ini? Apakah target dan strategi yang dipasang sudah klop?

          Rasanya dongkol sekali menindaklanjuti ND penelitian pemanfaatan stimulus PEN. Untuk apa ini semua, apa pada tidak sadar ya, ini semester kedua tahun 2021, lagi giat-giatnya mencairkan potensi, data pemicu, mengapa repot-repot mengurusi eligible/non eligible penerima manfaat stimulus PEN ini, buang-buang waktu saja. Keluhku tak mau mengerti. Apalagi kuketahui kemudian, si penerima stimulus itu masih saja posting tak sedap anti pemerintah di medsosnya, tak tahu diri. Tapi ya sudah, dikerjakan saja.

          Hari Jumat sore 24 Desember 2021, aku pulang ke Jawa Tengah dengan hati gundah. Karena keempat Seksi Pengawasan yang lain sudah sejak bulan lalu dengan selamat sentosa mencapai garis finish, sementara kami masih miris. Sudah seminggu ini seksiku berkutat di angka 99%. Sementara akhir tahun kurang 7X24 jam lagi, akankah pil pahit tahun 2020 mesti ditenggak lagi? Rasa was-was itu ditambah lagi fakta bahwa setoran PPN yang diharapkan jatuh tempo di akhir bulan Desember ini, di seksiku secara historis adalah tidak signifikan besarannya.

          Tak dinyana penelitian eligible/non eligible atas stimulus pajak PEN membuat kejutan pada dini hari 25 Desember 2021. Seksiwasku mendapat SPM sebanyak 178 lembar dengan Kode Map 411141 Kode Setor 100. Kuintip dalam katalog mata anggaran pendapatan, di sana didefinisikan sebagai Pendapatan PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah, dengan jumlah rupiah sebesar 0,06% dari target penerimaan, sedikit memang, tapi sangat berarti.

          Gegara SPM itu, dengan nyaris menyentuh net, seksiwasku berhasil menyeberangkan shuttlecock dengan compang-camping ke lapangan lawan, sehingga hakim garis berteriak, “masuk 100,06%”. Coba kau tengok angkanya itu, nol koma nol enam persen, surplus tipis setipis rasa percaya diriku tempo hari. Aku bergetar.

          Siangnya sambil makan bersama di rumah kami, kuberitahu anak istriku bahwa seksiku berhasil sampai di tempat yang diidamkan selama hampir empat tahun belakangan ini. Mereka ikut senang. Istriku mengingatkan, “tambahan penghasilan bagi karyawan karena stimulus PPh DTP itu, dapat digunakan oleh istri-istri di seluruh Indonesia untuk belanja online, yang pada akhirnya memicu inflasi, dan karena harga-harga naik maka produsen HP tertarik untuk produksi kembali, maka pengangguran teratasi, itulah intisari kurva Phillips, ayah.” Tambah sayang aku sama istriku, karena selain tangkas meramu nasi intip, juga trengginas membaca kurva Phillips[10]. Aku tahu muslihatnya, dia ingin belanja online HP baru.

          Selama ini penelitian anomali stimulus dan eligible apalah itu yang tadinya kuremehkan, ternyata memberi sumbangan di saat yang tepat bagi seksiku mencapai tujuannya, dan mungkin banyak seksi was lainnya di seluruh nusantara. Surga.

          Minggu sore aku kuatkan niat menuju Jakarta. Masih sempat kulihat dari kaca spion, anak istriku melambaikan tangan. Untuk merekalah aku melakukan ini semua. Supaya perjalanan nyaman, kulantunkan tembang macapat asmarandana Kidung Rumekso Ing Wengi karya kanjeng Sunan Kalijaga, yang diajarkan pamanku:

teguh hayu luputa ing lara,

luputa bilahi kabeh,

jim setan datan purun,

paneluhan tan ana wani.

          Setelah menyetir mobil cicilanku sekira 6 jam 53 menit, sampailah aku di kost belakang kantor pukul 00.53 WIB, sial di pagi buta ini listrik negara lagi-lagi mati. Kamarku gelap. Di remang cahaya lampu senter HP korea, kulihat poster idolaku yang ketiga. Dia masih tersenyum rindu. Di bagian kanan bawah poster itu terdapat kalimat yang membuatku semangat: Like my diamond we’ll shine together. Whenever wherever forever ever ever forever young”. Tak perlulah terjemahnya kutulis di sini. Kalimat itu senada dengan wejangan Pak Dirjen tempo hari, jadilah bintang dimanapun anda ditempatkan, daripada hanya mengutuki mutasi, lebih baik syukuri dan tunjukkan prestasi.

          Kemudian di bawah kalimat itu terdapat tandatangan berbentuk seperti huruf J diikuti goresan artistik serupa hati. Di bawahnya lagi bersusun rapi barisan huruf yang selalu membuatku adem. Barisan huruf itu berjenis monotype corsiva dicetak miring, mesra sekali: Dari aku kurung buka Ji-Soo koma Blackpink kurung tutup.

***

ahw

[1] Ekonom penyelamat depresi besar, penulis The General Theory of Employment, Interest and Money, diktat wajib aparat pemerintah yang suka utang.
[2] Bapak ekonomi makro klasik, pengarang An Inquiry of the Nature and Causes of the Wealth of Nations, kitab wajib bagi mereka yang sulit tidur.
[3] Dalang ekonomi moneter, lebih suka menyelesaikan depresi ekonomi dengan mengendalikan jumlah fulus beredar. Penyusun A Theory of Consumption Function, buku wajib bagi mereka yang kurang kerjaan.
[4] lekukan vertikal dari bawah hidung ke bibir atas.
[5] Tuts C4 ada di tengah-tengah bilah piano, biasanya dekat dengan tulisan merk, C6 berarti 2 oktaf di atasnya.
[6] Profesor emeritus ilmu managemen, pengarang buku Management Organizations Human Resources.
[7] Filsafat jawa makan tidak makan yang penting berkumpul dengan keluarga
[8] Penyusun Public Policy Analysis, diktat wajib bagi mereka yang mengaku birokrat.
[9] Akronim dari volatile, uncertainty, complex, ambiguous menggambarkan tantangan revolusi industri 4.0 (diperkenalkan oleh Warren Bennis dalam Leadership Theory, termuat dalam Renstra Kemenkeu 2020-2024).
[10] Ditemukan oleh A.W Phillips, ekonom New-Zealand, menunjukkan korelasi berlawanan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran seperti mainan jungkat-jungkit.


diambil dari:

Buku Gemilang 2021 Kanwil DJP Jakarta Khusus (Halaman 93-99)

ISBN 978-623-99194-4-3

What is Chongqing 1949 Shows Tell About

thanks for reading, Located at Chongqing theatre, PRC, a 360 degree pivotal stage, what is realy tell about? In 1949, when the new China had...